Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terciptanya Dinasti Politik Dinilai karena Hukum Mengabaikan Kolusi dan Nepotisme

Kompas.com - 19/09/2016, 17:15 WIB
Dimas Jarot Bayu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyimpangan praktik dinasti politik kerap tidak disadari publik. Itu karena belakangan publik terkesan melupakan dan bahkan melazimkan unsur kolusi dan nepotisme.

Padahal, dua unsur tersebut sangat kental dalam menciptakan dinasti politik. 

Koordinator Indonesian Corruption Watch (ICW) Adnan Topan Husodo mengatakan, persoalan ini terjadi karena tereduksinya kata-kata "Korupsi", "Kolusi", dan "Nepotisme" yang biasa disingkat KKN.

Padahal, khalayak sempat ramai membahas KKN sejak era reformasi bergulir.

"Hanya sekarang publik lebih memaknai korupsi, ketimbang kolusi dan nepotisme," ujar Adnan dalam Diskusi Berseri Madrasah Anti Korupsi Seri 11 di Jakarta, Senin (19/9/2016).

Menurut Adnan, saat ini makna KKN tereduksi hanya menjadi korupsi. Padahal, kolusi dan nepotisme menjadi unsur utama terjadinya tindak pidana korupsi.

"Kolusi dan nepotisme menjadi sebab korupsi. Korupsi bisa dipidana, sedang kolusi dan nepotisme tidak. Padahal ini penting karena asal-muasal terjadinya korupsi adalah kolusi dan nepotisme," jelas Adnan.

Menurut Adnan, praktik kolusi dan nepotisme berpotensi terjadi dalam dinasti politik.

Sayangnya, Undang-undang Tindak Pidana Korupsi tak rinci membahas kolusi dan nepotisme.

"Problemnya di UU Tipikor kita hanya mengenal korupsi. Perihal kolusi dan nepotisme hanya diatur dalam satu frasa saja, yang namanya benturan kepentingan. Itu pun dibatasi di pengadaan barang dan jasa," kata Adnan.

Menurut Adnan, karena tak adanya rincian mengenai kolusi dan nepotisme, publik serta aparat penegak hukum cenderung mengabaikan dua hal tersebut.

Alhasil, isu konflik kepentingan dalam dinasti politik tidak menjadi prioritas dalam upaya pemberantasan korupsi.

"Kolusi dan nepotisme akhirnya diabaikan, yang penting kan tidak korupsi," ucap Adnan.

Kompas TV Minimnya Dinasti Politik di Daerah Munculkan Calon Pemimpin Muda
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com