Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Perdagangan Orang Sempat Curiga Agen Penyalurnya Palsu

Kompas.com - 18/08/2016, 14:48 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu korban perdagangan orang asal Nusa Tenggara Timur berinisial A mengaku sempat mencurigai orang yang mengajaknya bekerja ke luar negeri.

Pasalnya, setelah dia mencari tahu, nama perusahaan tempat dia akan disalurkan tidak ada.

"Enggak tahu (ilegal), cuma anehnya enggak ada pabriknya, enggak ada PT-nya," ujar A saat ditemui di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Kamis (18/8/2016).

Namun, saat itu A tidak dalam kondisi yang bebas. Ia bersama beberapa korban lainnya dikurung di dalam kamar hotel yang terus berpindah-pindah.

Saat pembuatan paspor, ia mengaku diajak oleh pelaku ke kantor imigrasi. Namun, ia tidak tahu perihal kelengkapan berkas imigrasi yang harus dipenuhi.

"Kami diarahkan. Lalu difoto," kata A.

Mereka belum juga diberangkatkan ke luar negeri hingga sepekan kemudian. Hingga tibalah hari keberangkatan.

Baru saja masuk pesawat, A beserta korban lain dan para pelaku diamankan oleh polisi. A mengaku pertama kali bertemu dengan pelaku saat berada di jalan.

Ia ditawarkan pekerjaan oleh pelaku dengan gaji yang lumayan menurut A. Kebetulan, kondisi ekonomi A tidak cukup untuk kebutihan sehari-hari.

"Diiming-imingi gaji besar, jadi kita mau. Karena kalau kerja di sini paling di toko, dibayar Rp 600 ribu," kata A.

Dalam jumpa pers di Mabes Polri, turut dihadirkan para pelaku dan korban perdagangan orang dari Nusa Tenggara Timur.

Para pelaku mengenakan seragam tahanan berwarna oranye. Sementara para korban duduk tertunduk dengan mengenakan masker di wajah.

Dalam pertemuan itu, Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM Ronny Franky Sompie mengatakan, pihak imigrasi masih melakukan pengecekan terhadap berkas korban perdagangan orang di NTT. Ronny mengatakan, saat wawancara permohonan oembuatan paspor, sebagian korban mengaku membuat paspor untuk kepentingan keluarga.

"Yang bersangkutan memberikan alasan untuk kebutuhan ketemu keluarga di Timor Leste. Sodara kita di NTT kan berdekatan dengan Timor Leste," kata Ronny.

Sementara itu, Direktur Pengamanan dan Pengawasan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Nurwidianto mengatakan, TKI yang bekerja di luar negeri ada sekitar 6 juta orang.

Sebanyak 1,5 juta di antaranya dibawa ke luar tidak melalui jalur resmi. Mereka pun harus diberi pembekalan yang cukup.

"Setiap warga negara berhak dapat pekerjaan, namun wajib penuhi administrasi, paspor yang resmi, dibekali asuransi, dibekali kemampuan, dan dites kesehatannya," kata Nurwidianto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Bakal Jemput Bola Kader untuk Maju di Pilkada Sumut

PDI-P Bakal Jemput Bola Kader untuk Maju di Pilkada Sumut

Nasional
Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen TNI AD, Dian Andriani Harap Kowad Lain Menyusul

Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen TNI AD, Dian Andriani Harap Kowad Lain Menyusul

Nasional
Jokowi Bakal Tinjau Lokasi Banjir Lahar di Sumbar Pekan Depan

Jokowi Bakal Tinjau Lokasi Banjir Lahar di Sumbar Pekan Depan

Nasional
Nurul Ghufron Tak Hadir karena Belum Tuntas Siapkan Pembelaan, Dewas KPK Tunda Sidang Etik

Nurul Ghufron Tak Hadir karena Belum Tuntas Siapkan Pembelaan, Dewas KPK Tunda Sidang Etik

Nasional
PDI-P Tuding Jokowi Cawe-cawe Pilkada dengan Bansos Beras, Ngabalin: Segera Lah Move on

PDI-P Tuding Jokowi Cawe-cawe Pilkada dengan Bansos Beras, Ngabalin: Segera Lah Move on

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Ngabalin: Mudah-mudahan Cepat, Itu Arah Haluan Prabowo-Gibran

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Ngabalin: Mudah-mudahan Cepat, Itu Arah Haluan Prabowo-Gibran

Nasional
Risma Relokasi 2 Posko Pengungsian Banjir Lahar Dingin di Sumbar yang Berada di Zona Merah

Risma Relokasi 2 Posko Pengungsian Banjir Lahar Dingin di Sumbar yang Berada di Zona Merah

Nasional
Ahok Masuk Bursa Bacagub Sumut, PDI-P: Prosesnya Masih Panjang

Ahok Masuk Bursa Bacagub Sumut, PDI-P: Prosesnya Masih Panjang

Nasional
Bantah PDI-P soal Jokowi Menyibukkan Diri, Ali Ngabalin: Jadwal Padat, Jangan Gitu Cara Ngomongnya...

Bantah PDI-P soal Jokowi Menyibukkan Diri, Ali Ngabalin: Jadwal Padat, Jangan Gitu Cara Ngomongnya...

Nasional
Pimpin Langsung ‘Tactical Floor Game’ WWF di Bali, Luhut: Pastikan Prajurit dan Komandan Lapangan Paham yang Dilakukan

Pimpin Langsung ‘Tactical Floor Game’ WWF di Bali, Luhut: Pastikan Prajurit dan Komandan Lapangan Paham yang Dilakukan

Nasional
Setara Institute: RUU Penyiaran Berpotensi Perburuk Kebebasan Berekspresi melalui Pemasungan Pers

Setara Institute: RUU Penyiaran Berpotensi Perburuk Kebebasan Berekspresi melalui Pemasungan Pers

Nasional
Masuk Daftar Cagub DKI dari PDI-P, Risma: Belum Tahu, Wong Masih di Kantong...

Masuk Daftar Cagub DKI dari PDI-P, Risma: Belum Tahu, Wong Masih di Kantong...

Nasional
KPK Geledah Lagi Rumah di Makassar Terkait TPPU SYL

KPK Geledah Lagi Rumah di Makassar Terkait TPPU SYL

Nasional
Puan Minta DPR dan IPU Fokus Sukseskan Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Puan Minta DPR dan IPU Fokus Sukseskan Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Nasional
Yusril: Serahkan kepada Presiden untuk Bentuk Kabinet Tanpa Dibatasi Jumlah Kementeriannya

Yusril: Serahkan kepada Presiden untuk Bentuk Kabinet Tanpa Dibatasi Jumlah Kementeriannya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com