JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan, pihaknya berhasil mengungkap sindikat perdagangan orang dari Nusa Tenggara Timur ke luar negeri.
Salah satu korbannya yakni Yufrinda Selan, tenaga kerja wanita yang tewas gantung diri di Malaysia.
Penyelidikan Polri dimulai dari perintah langsung Presiden Joko Widodo kepada Tito untuk menyelidiki kasus Yufrinda.
"Akhirnya dalam dua minggu jaringan perdagangan orang di NTT dapat diungkap oleh Bareskrim," ujar Tito dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (18/8/2016).
Korban dari NTT hingga saat ini diketahui sekitar 30 orang.
Bareskrim Polri telah menetapkan 14 tersangka dalam kasus ini. Mereka berasal dari NTT, Riau, Semarang, Surabaya, dan Medan.
Tito mengatakan, para pelaku memberangkatkan korban ke luar negeri dengan paspor palsu. Karena itu, selain melanggar hukum dengan perdagangan orang, pelaku juga melanggar administrasi administrasi.
Tito menganggap pengungkapan kasus ini penting karena berkaitan dengan tingkat kemakmuran di NTT.
"Jangan sampai dianggap masalah ini masalah kecil. Ini masalah mendasar bagi kita soal perdagangan WNI ke luar karena jumlahnya banyak sekali," kata Tito.
Tak semua tenaga kerja Indonesia diperlakukan layak di luar negeri. Salah satu contohnya yakni Yufrinda.
Tito mengatakan, adanya tekanan begitu tinggi dari atasannya membuat kondisi kejiwaannya juga tertekan. Yufrinda pun gantung diri dan tewas.
Ketika dipulangkan ke Indonesia, muncul kecurigaan dari pihak keluarga bahwa Yufrinda jadi korban perdagangan orang karena banyak luka sayatan di tubuhnya.
(Baca: Nilai Janggal Kematian TKW Yufrinda, Keluarga Melapor ke Polisi)
"Tapi ternyata bukan ambil organ untuk diperjual belikan, tapi bekas otopsi yang teknisnya beda dengan Indonesia," kata Tito.
(Baca: Jasad TKW Yufrinda Diotopsi, Tidak Ada Organ yang Hilang)
Tito mengatakan, alasan klasik terjadinya kasus perdagangan orang karena faktor ekonomi. Ia menyebut tingkat kesejahteraan masyarakat di NTT lebih rendah dibandingkan wilayah lain.
Mereka pun jadi mudah diiming-imingi pekerjaan layak dengan gaji besar, namun ternyata hanya penipuan belaka.
"Tantangannya bagaimana mempercepat peningkatan kemakmuran di NTT sehingga masyarakat tidak perlu berbondong ke negara luar," kata Tito.