JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono bercerita saat dirinya menghadapi berbagai kritik dari masyarakat saat menjabat sebagai Presiden keenam Republik Indonesia.
Cerita itu disampaikan kepada Pemimpin Redaksi Kompas TV Rosianna Silalahi dalam acara "Rosi dan Keluarga SBY" yang tayang di Kompas TV, Jumat (12/8/2016) malam.
SBY mengakui suasana politik saat ia menjabat berada dalam keadaan yang gaduh. Hujatan dan kritik datang dari kalangan masyarakat tertentu.
"Di situ kadang-kadang sebagai manusia biasa, ibu Ani sangat tahu saya sudah bekerja all out, siang dan malam, sepertinya bagi sebagian masyarkat salah terus. Kanan salah kiri salah," kata SBY.
Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, SBY memiliki godaan untuk bersikap represif kepada para pengkritiknya. Namun, ia memilih bersabar dan memegang teguh prinsipnya untuk tidak menyalahi kekuasaan.
(Baca: Air Mata Ani Yudhoyono dan SBY, Seiring Langkah Meninggalkan Istana)
"Ada yang mengatakan kepada saya sambil menyalahkan saya, 'Eh SBY, Anda salah sendiri. Anda sok demokratis, kenapa tidak digunakan kekuasaan itu'. A pergulatan di hati saya, bu Ani juga tahu, saya katakan 'tidak'. Insya Allah saya bisa hadapi," kenang SBY.
SBY mengakui memegang kekuasaan tertinggi di Indonesia tidaklah mudah. Ia sering melihat Ani menangis tengah malam melihat perlakukan yang didapatkan suaminya.
Dalam kesempatan yang sama, Ani mencurahkan kenangannya. Ani melihat sendiri kerja keras SBY yang hanya dapat istirahat tidur selama beberapa jam. Ani mengatakan masih menerima kritikan yang diterima suaminya yang telah bekerja siang dan malam. Namun, ia tidak sanggup menahan fitnah yang datang.
"Terutama, ya mungkin rakyat Indonesia masih ingat, seekor kerbau yang ditulis SBY, itu menyakitkan sekali buat hati saya. Dan itu yang buat saya sampai menangis. Apa iya sih ada serorang istri yang diam saja ketika suaminya digitukan. Saya kira semua baper juga. Kalau sudah sangat dalam hati seperti teriris-iris. Mungkin kalau luka dikasih jeruk nipis itulah rasanya," ucap Ani.
(Baca: SBY dan Bu Ani Kompak Unggah "Pergi Tampak Punggung")
Hujatan kepada SBY itu berlangsung pada aksi unjuk rasa 100 hari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, 28 Januari 2010. Aksi itu menarik perhatian media karena pendemo membawa kerbau berkulit hitam ditulisi "Si BuYa". Bagian bokongnya ditempeli gambar pria berpeci dengan tulisan bernada seruan "Turun!".
Media televisi memutar gambar kerbau itu berulang, sejak pagi hingga malam. Presiden Yudhyono pun sempat berkomentar dan menunjukkan dirinya tersinggung dengan aksi itu.