Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukungan Golkar ke Jokowi dan "Kutukan" Kursi RI 1...

Kompas.com - 30/07/2016, 07:55 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan Partai Golkar untuk mendukung Joko Widodo pada Pemilu Presiden 2019 dinilai kembali membuktikan tak ada kader mumpuni di partai berlambang pohon beringin tersebut yang mempunyai elektabilitas dan kapabilitas untuk menjadi presiden.

Sejak kekuasaan presiden kedua RI, Soeharto, runtuh pada 1998 dan digantikan Habibie sampai 1999, Golkar selalu gagal mengantarkan kader terbaiknya untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini.

Pada Pemilihan Presiden 2004, pasangan yang diusung Golkar, Wiranto-Salahuddin Wahid, tidak lolos putaran pertama.

Dalam pilpres pertama yang langsung dipilih oleh rakyat ini, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla keluar menjadi pemenang.

Kalla memang berstatus kader Golkar dan terpilih menjadi ketua umum setelahnya. Namun, posisinya hanya sebagai wakil presiden.

Pada Pilpres 2009, Kalla mencoba peruntungan maju sebagai calon presiden dari Golkar, berpasangan dengan Wiranto yang sudah mendirikan Partai Hanura.

Namun, pasangan ini kalah dari SBY yang kali ini berpasangan dengan Boediono. Golkar tak hanya gagal meraih kursi presiden, tetapi juga wakil presiden.

Pada Pemilu 2014, Golkar bahkan gagal untuk mengusung kadernya sebagai calon presiden atau wakil presiden.

Golkar merelakan diri mengusung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa. Padahal, perolehan suara Golkar pada pemilu legislatif lebih besar dari Gerindra dan PAN.

Namun, pasangan Prabowo-Hatta juga harus bertekuk lutut kepada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Kini, jauh sebelum pertarungan Pilpres 2019 dimulai, Golkar seakan sudah menyerah dan mengakui kekalahannya dengan memutuskan mendukung Jokowi yang merupakan kader PDI-P sebagai capres 2019.

(Baca: Golkar Resmi Deklarasikan Dukungan untuk Jokowi pada Pilpres 2019)

Padahal, jika menilik pada perolehan suara, Golkar bukanlah partai kecil. Setelah menjadi runner-up dan kalah oleh PDI-P pada Pileg 1999, Golkar berhasil bangkit dan memenangi Pileg 2004.

Pada Pileg 2009 dan 2014, Golkar juga kembali menempati urutan nomor dua. Namun, prestasi Golkar di kancah pilpres berbanding terbalik dengan hasil itu.

Sebagai perbandingan, Partai Demokrat yang pada Pileg 2004 hanya menempati urutan kelima dengan 7,45 persen bisa mengantarkan SBY sebagai presiden dengan berkoalisi dengan sejumlah partai lain.

Kutukan kursi RI 1

Pengamat politik dari Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago, menilai, pasca-reformasi, kader Golkar layaknya dikutuk untuk tidak dapat menduduki kursi RI-1.

Namun, Pangi menilai, kegagalan Golkar ini bukan tanpa sebab. Ketidakmampuan Golkar melakukan kaderisasi menjadi faktor utamanya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com