JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo mengatakan rentetan ledakan bom yang terjadi di penghujung Ramadhan tak bisa ditolerir.
Karena itu Bambang menyatakan, negara tidak boleh lagi memberi toleransi kepada siapa saja atau kelompok manapun yang terindikasi sebagai pelaku teror.
"Negara tidak boleh minimalis ketika masyarakat terancam oleh para pelaku teror. Sebaliknya, negara harus bertindak ekstra keras dan lugas terhadap kelompok-kelompok yang terindikasi teroris," tulis Bambang dalam keterangan persnya, Selasa (5/7/2016).
Bambang menambahkan, ledakan bom baik di Solo dan di tiga kota Arab Saudi (Madinah, Jeddah, Qatif), menggambarkan brutalnya kelompok-kelompok pelaku teror saat ini. Sebab mereka melancarkan gelombang serangan sepanjang bulan suci Ramadhan di berbagai belahan dunia.
Di Madinah, pelaku bahkan meledakan bom di dekat Masjid Nabawi. "Bahkan, pada kasus di Solo dan tiga kota di Arab Saudi itu, pelaku teror tidak peduli bahwa dalam hitungan jam, umat Muslim sedunia akan menyongsong hari Raya Idul Fitri," lanjut Bambang.
"Karena itu, segenap aparatur keamanan negara perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesigapan untuk mengantisipasi dan merespons brutalitas pelaku teror yang beraksi atas alasan apa pun, terlebih ini terjadi menjelang hari raya," lanjut politisi Partai Golkar itu.
Diberitakan, teror bom bunuh diri terjadi di Markas Polresta Surakarta, Selasa pukul 07.30 WIB. Awalnya, pelaku yang menggunakan sepeda motor berpelat nomor AD 6136 HM masuk ke halaman Mapolresta.
Anggota polisi kemudian mencegatnya dan menanyakan apa keperluan pelaku. Namun, sebelum sempat menjawab, pelaku melarikan diri sehingga dikejar.
Pelaku kemudian meledakkan diri di dekat kantor Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) di Mapolresta Surakarta. Pelaku pun tewas seketika.
Sementara itu, seorang anggota polisi bernama Brigadir Bambang Adi yang berjaga di SPKT mengalami luka ringan di bagian mata sebelah kiri dan badan bagian kanan akibat luka bakar.
Polisi menduga pelaku bom bunuh diri adalah Nur Rohman, tetapi perlu dilakukan tes deoxyribonucleic acid (DNA) untuk memastikan.
Selain di Surakarta, bom juga mengguncang di tiga kota di Arab Saudi, sepanjang Senin (4/7/2016). Sama seperti di Surakarta, dugaan sementara bom diledekan dengan cara bunuh diri.