Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hilal Masih Negatif, 1 Syawal 1437 H Diperkirakan Jatuh pada 6 Juli 2016

Kompas.com - 04/07/2016, 18:26 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Paparan Tim Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama mengawali sidang isbat penentuan 1 Syawal 1437 H yang digelar di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Senin (4/7/2016) sore.

Anggota tim Badan Hisab Rukyat Kemenag Cecep Nurwendaya mengatakan, proses pemantauan hilal dilakukan di 90 titik di Indonesia.

Untuk di Indonesia, ketinggian hilal pada ijtimak pukul 18.01 WIB di Jakarta, sebelum terbenam matahari.

Ijtimak merupakan posisi bulan baru.

Dengan posisi demikian, lanjut dia, posisi hilal yang terlihat merupakan bulan tua dengan ketinggian -0,38 derajat.

"Hilal saat ini, maghrib ini, mustahil terlihat. Ketinggian hilal negatif, terbenam dulu sebelum matahari terbenam," papar Cecep.

Hal senada juga terpantau di Pelabuhan Ratu, di mana ketinggian hilal tercatat -0,78 derajat pada pukul yang sama.

"Secara hisab 1 Syawal jatuh 6 Juli. Ini informasi, konfirmasi (rukyat) kita tunggu nanti sidang isbat," ujar Cecep.

Ia menambahkan, jika berdasarkan perhitungan hisab, maka 1 Syawal 1437 H jatuh pada 6 Juli 2016.

Kendati demikian, keputusan penentuan awal Syawal akan ditentukan pada saat sidang isbat tertutup yang digelar malam ini.

Menurut rencana, sidang isbat akan digelar pukul 18.30 WIB hingga pukul 19.00 WIB.

Saat ini, jalannya sidang Isbat tengah diskors untuk waktu buka puasa dan ibadah shalat Maghrib.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com