Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Tokoh Penggerak Perdamaian di Daerah Konflik Terima "Maarif Award"

Kompas.com - 12/06/2016, 20:53 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Maarif Institute menganugerahkan penghargaan kepada tiga pejuang kemanusiaan di wilayah konflik.

Mereka adalah Budiman Maliki yang jadi saksi mata konflik di Poso, Joseph Matheus Rudolf Fofid di daerah konflik Ambon, dan Institute Mosintuwu yang diwakili oleh Asni yang terlibat dalam konflik Poso.

"Mereka bergiat dalam perdamaian konflik di Ambon dan Poso dalam proses rehabilitasi masa konflik. Mereka menjembatani konflik agama dan membuktikan perbedaan bukan masalah dan bisa menjadi bagian dari bangsa yang beradab," ujar Direktur Eksekutif Maarif Institute, Fajar Riza Ul Haq dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu (12/6/2016).

Fajar menganggap ketiganya mengangkat nilai-nilai pluralisme dan berkaitan dengan gender yang kerap memicu konflik di daerah. Apa yang mereka lakukan, kata dia, telah membuat suatu gebrakan sehingga terbebas dari konflik tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, Budiman merasa awalnya khawatir apa yang dia lakukan tak diterima di masyarakat.

(baca: JK Bacakan Lagi Puisinya "Ambonku Ambon Kita Semua")

Ia membantu para korban konflik dengan mendirikan posko untuk menampung para korban. Bahkan, ia merelakan sebagian pendapatannya untuk membiayai rehabilitasi korban.

"Saya berjualan es lilin untuk menutupi biaya sehari-harinya," kata Budiman.

Sementara Rudolf yang pernah menjadi wartawan konflik di sana mengisahkan banyaknya pemberitaan di media luar Ambon yang tidak sesuai dengan kondisi sesungguhnya. Pemberitaan semacam itu justru memicu konflik yang lebih besar di Ambon.

"Serbuan media di Jakarta, ditulis oleh orang yang tidak ada di lapangan, mereka mengambil sumber sekunder yang tidak ahli sehingga ada kekacauan informasi, jadi provokator," kata Rudolf.

Cerita serupa juga dilontarkan Asni Semasa menyaksikan konflik di Poso. Asni melalui Mosintuwu Institute fokus menggerakkan perempuan untuk menjembatani konflik yang umumnya soal gender dan agama.

Asni tidak ingin tinggal diam lantaran konflik terus memanjang, bahkan keluarganya turut terkena dampak.

"Saya dari keluarga Muslim dan ada Kristen juga. Damai-damai saja. Tapi tidak seperti dulu lagi, sejak berkonflik," kata Asni.

"Maka kami jalankan sekolah perempuan untuk merekatkan Islam dan Kristen di Poso yang sempat bercerai," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com