Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri Sebut Etnis Uighur di Kelompok Santoso Masuk ke Indonesia sebagai Turis

Kompas.com - 27/04/2016, 20:37 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar mengatakan, hingga saat ini polisi belum dapat memastikan berapa orang etnis Uighur yang bergabung dengan kelompok Santoso.

Menurut Boy, mereka masuk ke Indonesia melalui jalur imigrasi, selayaknya turis yang berkunjung ke Indonesia.

"Mereka gunakan identitas resmi sebagaimana pengunjung," ujar Boy di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (27/4/2016).

"Mereka datang diketahui memegang paspor dan dia awalnya yang dalam konteks sebagai turis, bisa wisata, tapi melakukan aktivitas yang melenceng,"  kata dia.

Ternyata, setelah sekian lama berada di Indonesia, belakangan diketahui bahwa tujuan utama mereka untuk bergabung dengan kelompok Santoso.

(Baca: Ini Alasan Etnis Uighur Mau Gabung Kelompok Santoso Menurut Polri)

Sejauh ini, anggota etnis Uighur yang berhasil diringkus satuan tugas operasi Tinombala sebanyak enam orang.

Lima di antaranya ditangkap satgas dan satu diantaranya tewas ditembak. (Baca: Satu Anggota Santoso yang Ditembak Berasal dari Suku Uighur)

Penembakan etnis Uighur ini dilakukan karena dia mengacungkan parang kepada anggota satgas.

"Ketika diminta meletakkan parang, dia malah menyerang dan dilakukan penembakan," kata Boy.

Boy mengatakan, pihak imigrasi tidak bisa secara langsung mendeteksi mana turis yang melebihi ijin tinggal kunjungan.

Oleh karena itu, Boy menganggap pengawasan terhadap orang asing yang berkunjung ke Indonesia harus diperketat.

"Pengawasan orang asing perlu kita tingkatkan lagi, dalam artian jangan sampai mereka gampang melakukan aktivitas seperti itu di negara kita," kata Boy.

Kompas TV Teroris Poso yang Tewas Membawa Bom
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com