"Kenapa gua dukung Ahok, gak ada uangnya
Repot-repot rekaman, gak ada upahnya
Inisiatif, bukan titipan Basuki
Mau dikasih duitpun, gua gak sudi"
Itulah sebagian syair lagu "Kenapa Ahok" yang disumbangkan penyanyi Igor "Saykoji" untuk Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Sebagai sosok yang berniat kembali mengikuti Pemilihan Gubernur DKI 2017 dari jalur perseorangan, pencalonan Basuki bisa disebut ingar-bingar.
Bukan saja karena adanya "serangan" dari bakal kandidat lainnya, melainkan juga karena ramainya kreativitas pendukung Basuki.
Selain klip Saykoji berjudul "Kenapa Ahok", yang baru diunggah 28 Maret lalu di Facebook dan Youtube, masih ada klip "Ahok!#SayaSudah" dari Cameo Project, Yosi Mokalu, dan Billy Beatbox di Youtube sejak 15 Maret lalu.
Saat ini, terkait Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017, mungkin baru pendukung dan simpatisan Basuki yang intensif menampilkan budaya populer untuk menarik simpati.
Namun, "kampanye nge-pop" tentu bukan pertama kali ini muncul di Indonesia. Pada kampanye menjelang Pilkada DKI 2012, muncul parodi lagu "What Makes You Beautiful" yang diunggah Cameo Project ke Youtube sebagai dukungan kepada Joko Widodo dan Basuki.
Aplikasi permainan komputer "Selamatkan Jakarta" juga menyebar melalui Facebook dan, dulu, di situs pembuatnya, metric-design.com.
Pada Pemilu Presiden 2014, parodi lagu pop untuk mendukung kandidat, baik Joko Widodo maupun Prabowo Subianto, lebih marak.
Selain dukungan pada kandidat, ada pula yang pesannya lebih mendorong masyarakat untuk memberikan suara. Contohnya, Saykoji bersama Umbu Kaborang yang mengunggah klip berjudul "Presiden Impian".
Media sosial
Membawa politik menjadi sesuatu yang "ngepop" menjadi salah satu langkah untuk menggapai pemilih muda. Pasalnya, dalam penelitian pengajar University of East Anglia, Inggris, yakni Sanna Inthorn, John Street, dan Martin Scott, yang dituangkan dalam jurnal Cultural Sociology berjudul "Popular Culture as a Resource for Political Engagement" (2012), ditegaskan bahwa anak muda sesungguhnya apatis dan berjarak dengan politik formal.
Namun, diskusi terkait politik bisa dipicu dari percakapan soal budaya populer. Produk budaya pop, seperti tayangan televisi, video game, atau musik pop bahkan bisa menjadi sumber keterlibatan anak muda dalam isu publik.
Pertimbangan itu ditengarai yang membuat lagu "Kenapa Ahok" dari Saykoji dan berbagai bentuk budaya pop lain terlihat disiapkan dengan medium yang dekat dengan anak muda.