Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/04/2016, 05:15 WIB

"Kenapa gua dukung Ahok, gak ada uangnya
Repot-repot rekaman, gak ada upahnya
Inisiatif, bukan titipan Basuki
Mau dikasih duitpun, gua gak sudi"

Itulah sebagian syair lagu "Kenapa Ahok" yang disumbangkan penyanyi Igor "Saykoji" untuk Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Sebagai sosok yang berniat kembali mengikuti Pemilihan Gubernur DKI 2017 dari jalur perseorangan, pencalonan Basuki bisa disebut ingar-bingar.

Bukan saja karena adanya "serangan" dari bakal kandidat lainnya, melainkan juga karena ramainya kreativitas pendukung Basuki.

Selain klip Saykoji berjudul "Kenapa Ahok", yang baru diunggah 28 Maret lalu di Facebook dan Youtube, masih ada klip "Ahok!#SayaSudah" dari Cameo Project, Yosi Mokalu, dan Billy Beatbox di Youtube sejak 15 Maret lalu.

Saat ini, terkait Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017, mungkin baru pendukung dan simpatisan Basuki yang intensif menampilkan budaya populer untuk menarik simpati.

Namun, "kampanye nge-pop" tentu bukan pertama kali ini muncul di Indonesia. Pada kampanye menjelang Pilkada DKI 2012, muncul parodi lagu "What Makes You Beautiful" yang diunggah Cameo Project ke Youtube sebagai dukungan kepada Joko Widodo dan Basuki.

Aplikasi permainan komputer "Selamatkan Jakarta" juga menyebar melalui Facebook dan, dulu, di situs pembuatnya, metric-design.com.

Pada Pemilu Presiden 2014, parodi lagu pop untuk mendukung kandidat, baik Joko Widodo maupun Prabowo Subianto, lebih marak.

Selain dukungan pada kandidat, ada pula yang pesannya lebih mendorong masyarakat untuk memberikan suara. Contohnya, Saykoji bersama Umbu Kaborang yang mengunggah klip berjudul "Presiden Impian".

Media sosial

Membawa politik menjadi sesuatu yang "ngepop" menjadi salah satu langkah untuk menggapai pemilih muda. Pasalnya, dalam penelitian pengajar University of East Anglia, Inggris, yakni Sanna Inthorn, John Street, dan Martin Scott, yang dituangkan dalam jurnal Cultural Sociology berjudul "Popular Culture as a Resource for Political Engagement" (2012), ditegaskan bahwa anak muda sesungguhnya apatis dan berjarak dengan politik formal.

Namun, diskusi terkait politik bisa dipicu dari percakapan soal budaya populer. Produk budaya pop, seperti tayangan televisi, video game, atau musik pop bahkan bisa menjadi sumber keterlibatan anak muda dalam isu publik.

Pertimbangan itu ditengarai yang membuat lagu "Kenapa Ahok" dari Saykoji dan berbagai bentuk budaya pop lain terlihat disiapkan dengan medium yang dekat dengan anak muda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TKN Sebut Jokowi Tak Perlu Jadi Dewan Pertimbangan Agung: Beliau Akan Beri Nasihat Kapan pun Prabowo Minta

TKN Sebut Jokowi Tak Perlu Jadi Dewan Pertimbangan Agung: Beliau Akan Beri Nasihat Kapan pun Prabowo Minta

Nasional
ASN yang Tarik Lengan Jokowi di Konawe Ingin Mengadu Soal Status Kepegawaian

ASN yang Tarik Lengan Jokowi di Konawe Ingin Mengadu Soal Status Kepegawaian

Nasional
Khofifah Sebut Jokowi Minta Forum Rektor Bahas Percepatan Indonesia Emas 2045

Khofifah Sebut Jokowi Minta Forum Rektor Bahas Percepatan Indonesia Emas 2045

Nasional
Presiden Jokowi Serahkan Bantuan Pangan bagi Masyarakat di Kolaka Utara

Presiden Jokowi Serahkan Bantuan Pangan bagi Masyarakat di Kolaka Utara

Nasional
Ditanya Bakal Ikut Seleksi Capim KPK, Nawawi: Dijawab Enggak Ya?

Ditanya Bakal Ikut Seleksi Capim KPK, Nawawi: Dijawab Enggak Ya?

Nasional
Soal Revisi UU MK, Pengamat: Rapat Diam-diam adalah Siasat DPR Mengecoh Publik

Soal Revisi UU MK, Pengamat: Rapat Diam-diam adalah Siasat DPR Mengecoh Publik

Nasional
Pertamina Gandeng JCCP untuk Hadapi Tantangan Transisi Energi

Pertamina Gandeng JCCP untuk Hadapi Tantangan Transisi Energi

Nasional
Imbas Kecelakaan di Subang, Muhadjir: Jangan Menyewa Bus Kecuali Betul-betul Bisa Dipercaya

Imbas Kecelakaan di Subang, Muhadjir: Jangan Menyewa Bus Kecuali Betul-betul Bisa Dipercaya

Nasional
Antisipasi Rumor, Fahira Idris Minta Penyelenggara dan Legislator Klarifikasi Penerapan KRIS secara Komprehensif

Antisipasi Rumor, Fahira Idris Minta Penyelenggara dan Legislator Klarifikasi Penerapan KRIS secara Komprehensif

Nasional
Kenaikan Beras Tak Setinggi Negara Lain, Jokowi: Patut Disyukuri Lho...

Kenaikan Beras Tak Setinggi Negara Lain, Jokowi: Patut Disyukuri Lho...

Nasional
3 Kriteria Jemaah Haji yang Bisa Dibadalhajikan: Wafat, Sakit dan Gangguan Jiwa

3 Kriteria Jemaah Haji yang Bisa Dibadalhajikan: Wafat, Sakit dan Gangguan Jiwa

Nasional
Nurul Ghufron Beri Sinyal Kembali Ikut Seleksi Capim KPK 2024-2029

Nurul Ghufron Beri Sinyal Kembali Ikut Seleksi Capim KPK 2024-2029

Nasional
Kecelakaan Bus 'Studi Tour', Muhadjir: Saya Kaget, Setelah Berakhir Mudik Malah Ada Kejadian

Kecelakaan Bus "Studi Tour", Muhadjir: Saya Kaget, Setelah Berakhir Mudik Malah Ada Kejadian

Nasional
Minta Polri Adaptif, Menko Polhukam: Kejahatan Dunia Maya Berkembang Pesat

Minta Polri Adaptif, Menko Polhukam: Kejahatan Dunia Maya Berkembang Pesat

Nasional
KSAL Berharap TKDN Kapal Selam Scorpene Lebih dari 50 Persen

KSAL Berharap TKDN Kapal Selam Scorpene Lebih dari 50 Persen

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com