Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Demokrasi yang Sebebas-bebasnya Tidak Sesuai Jati Diri Bangsa

Kompas.com - 08/03/2016, 16:21 WIB
advertorial

Penulis


Ketua MPR RI Zulkifli Hasan sedikit melakukan kilas balik di depan pelajar dan mahasiswa Riau. Ia menceritakan bagaimana sistem bangsa Indonesia ditetapkan Presiden Indonesia pertama Soekarno.

Bung Karno, kata Zulkifli, pada sidang umum PBB saat itu mengatakan Indonesia tidak mengikuti sistem negara-negara barat yang sangat demokratis dan negara timur yang komunis.

"Bung Karno mengatakan 'Kami punya sistem sendiri yang kami beri nama Pancasila'," ujar Zulkifli saat pembukaan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan dan Olimpiade PPKn Se-Riau di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, Pekanbaru, Selasa (8/3/2016).

Sejarah telah mencatat, latar belakang lahirnya Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,  NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika berbeda dengan negara-negara maju.

Zulkifli mengatakan, Indonesia memiliki berbagai suku, bahasa, etnik, 17.000 lebih pulau, dan berbagai latar belakang agama. Semuanya punya mimpi yang sama.

Tetapi beda dengan negara barat. Mereka membentuk sistemnya berdasarkan kesamaan, kulit putih, agama pun sama, Katolik atau Kristen.

"Oleh karena itu, Bung Karno mengatakan tidak mungkin demokrasi sebebas-bebasnya diterapkan di sini karena tidak sesuai dengan jati diri bangsa. Maka berdirilah Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika," tutur Zulkifli.

Menurut Zulkifli, negara ini seharusnya menjalankan sistem seperti pada sila keempat Pancasila, yakni "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan."

Namun yang terjadi saat ini pemilihan pemimpin negara atau kepala daerah didasarkan pada suara terbanyak. Zulkifli mengharapkan adanya kajian kampus, salah satunya Universitas Riau, mengenai hal ini.

"Bukan berarti sistem kita sekarang salah. Tapi kita juga perlu mengatakan bahwa sistem demokrasi kita saat ini lebih condong ke barat, bahkan lebih liberal. Maka ini tugas kampus-kampus mengkaji sistem seperti apa yang lebih baik atau cocok untuk negara," kata ia. (adv)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

Nasional
Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Nasional
Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Nasional
Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Nasional
SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

Nasional
Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Nasional
Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta 'Rest Area' Diperbanyak

Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta "Rest Area" Diperbanyak

Nasional
Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Nasional
Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Nasional
Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Nasional
Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Nasional
Yakin 'Presidential Club' Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Yakin "Presidential Club" Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Nasional
Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Nasional
Gejala Korupsisme Masyarakat

Gejala Korupsisme Masyarakat

Nasional
KPU Tak Bawa Bukti Noken pada Sidang Sengketa Pileg, MK: Masak Tidak Bisa?

KPU Tak Bawa Bukti Noken pada Sidang Sengketa Pileg, MK: Masak Tidak Bisa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com