Tak ada kata mundur apalagi takut dalam berjuang melawan korupsi. Begitulah perlawanan para pegiat anti korupsi di Bangkalan, Jawa Timur.
Walaupun pernah ditembak di pinggangnya dan dirawat di Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya, Jatim, tiga bulan lamanya, Mathur Husyairi, Direktur LSM Center for Islam Democration (Cide) Madura, Jatim, tak pantang surut.
Meskipun berbeda cara dan strateginya, hingga kini, Mathur tak berhenti. Ia terus menyuarakan anti korupsi, termasuk mempertanyakan perkembangan penyidikan polisi terhadap motif penembakan dan pengungkapan pelaku penembakannya.
Tepat setahun setelah penembakan, Rabu (20/1), Mathur dan belasan kawannya, pegiat anti korupsi di Bangkalan, yang tergabung dalam Jaringan Kawal Jatim mendatangi Markas Kepolisian Daerah Jatim di Surabaya.
Mereka berunjuk rasa sekaligus menemui sejumlah petugas Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jatim.
"Kami sebenarnya hanya meminta keterbukaan polisi. Sampai di mana kasus ini berjalan dan apa kendalanya? Kalau ada kendala, kami siap membantu memberikan informasi," kata Mathur sesuai mengikuti audiensi.
Namun, ia kecewa. Dari audiensi itu, ia tak menemukan jawaban memuaskan. Motif dan pelaku penembakan di depan rumahnya di Jalan Teuku Umar, Bangkalan, dini hari 20 Januari tahun lalu, yang dilakukan dua orang tak dikenal, belum terungkap.
Waktu itu, meskipun selamat dari butiran tembaga panas, darah terus mengucur dari luka di pinggang kanannya.
Akhirnya, Mathur dirawat. Itulah teror ketiga yang dialaminya sejak ia vokal menyuarakan anti korupsi di Madura.
Komisi Pemberantasan Korupsi tentu bersuara lantang setelah penembakan itu. Pasalnya, Mathur kerap menyumbang informasi terkait dugaan korupsi, di antaranya yang dilakukan Fuad Amin.
Mantan Bupati Bangkalan itu ditangkap KPK, Desember 2014, atas tuduhan suap jual beli migas di daerahnya sehingga divonis 8 tahun penjara.
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Jatim Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono, penyelidikan atas kasus Mathur sebenarnya terus berjalan dan Polda Jatim tak akan melupakannya.
"Dalam audiensi itu, sebetulnya kami sudah jelaskan perkembangan kasusnya dan langkah-langkah yang kami lakukan, termasuk hambatan yang dialami," kata Argo, yang menceritakan latar belakang kasus penembakan secara off the record.