Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Internet Membunuh Jurnalisme?

Kompas.com - 04/02/2016, 15:27 WIB
Heru Margianto

Penulis

KOMPAS.com — Apakah internet membunuh jurnalisme? Internet tidak akan pernah membunuh jurnalisme, justru menyempurnakan jurnalisme.

Di dunia maya, seyogianya media hadir membawa kebenaran obyektif di tengah keriuhan informasi di media sosial yang tidak pasti.

Demikian benang merah acara "Sesi Berbagi Pengalaman Jurnalistik" yang diselenggarakan harian Kompas, Kompas.com, dan Kompas TV di IAIN Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis (4/2/2016).

Acara yang dihadiri oleh mahasiswa dari sejumlah kampus di Mataram tersebut mengambil tema "Memaknai Media di Era Globalisasi".

Hadir berbagi pengalaman jurnalistik adalah Ilham Khoiri (harian Kompas), Heru Margianto (Kompas.com), dan Bimo Cahya Saputro (Kompas TV).

Rektor IAIN Mataram Mutawalli yang hadir membuka acara mengatakan, media sejatinya memiliki panggilan kenabian untuk mewartakan kebenaran.

"Media memiliki peranan sangat penting bagi masyarakat. Ia memiliki kewajiban menyampaikan cinta dan kebenaran," kata dia.

Ilham Khoiri menyampaikan, media yang baik adalah media yang memiliki watak untuk mencerahkan publik. Oleh karena itu, kehadiran media dan jurnalisme yang baik masih sangat dibutuhkan.

"Media itu harus berpihak, bukan berpihak pada kepentingan partai atau penguasa, tapi berpihak pada kepentingan masyarakat," kata dia. (Baca: Statistika, Komputer, dan Jurnalisme Masa Depan)

Hal senada juga disampaikan Heru Margianto. Kehadiran media justru semakin relevan pada era internet.

Media dengan praktik jurnalisme yang benar dituntut menjadi penyaji kebenaran obyektif di tengah arus informasi yang serba tidak pasti di media sosial.

"Media harus berperan menyajikan informasi yang kredibel. Ia harus menjadi muara bagi publik yang ingin mencari jawaban atas ketidakpastian informasi," ujar dia. (Baca: Jurnalisme Ponsel, Kreativitas Melawan Media Arus Utama)

Menurut Heru, internet tidak akan membunuh jurnalisme, justru menyempurnakannya.

"Internet adalah satu-satunya platform yang memungkinkan sajian multimedia. Sudah selayaknya jurnalisme internet menyampaikan reportase yang utuh, tidak hanya berita sepotong-sepotong saja," tutur Heru.

Sementara itu, Bimo menyampaikan, dengan menyatakan diri sebagai stasiun televisi berita, Kompas TV berkomitmen untuk meneruskan tradisi kredibilitas harian Kompas.

"Yang berbeda hanya platformnya, kredibilitas informasinya tidak berubah sama sekali," kata dia. (Baca: Bencana Jurnalisme di Tengah Harapan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com