Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota DPR Ini Jelaskan Keuntungan Madura jika Jadi Provinsi Sendiri

Kompas.com - 09/11/2015, 22:09 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota DPR dari Fraksi Gerindra asal daerah pemilihan Madura, Nizar Zahro, mendukung rencana deklarasi Provinsi Madura yang digagas Panitia Persiapan Pembentukan Provinsi Madura (P4M).

Pembentukan Provinsi Madura diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Selama ini potensi sumber daya alam Madura belum sepenuhnya dikelola secara baik. Bahkan, cenderung perusahaan asing yang menguasai blok offshore di sepanjang garis pantai selatan dan laut utara Madura," kata Nizar saat dihubungi, Senin (9/11/2015).

Anggota Komisi V DPR itu mengatakan, sebagai kawasan penghasil tambang, Madura akan mendapatkan dana bagi hasil dari sumber tambang sebesar 2,5 persen.

Ia merujuk pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran di Lingkungan Kemendagri.

"Misalkan blok di Kangian menghasilkan 13 ribu barel per hari, dikali 50 US dollar, dikalikan Rp 13.000 per US dollar, dikali 365 hari, itu sudah berapa pendapatan kotornya," ujarnya.

"Misalnya, untuk kepentingan bisnis pengusaha memotong 40 persen dari pendapatan kotor, sisanya pendapatan bersihnya bisa digunakan untuk pembangunan," kata Nizar.

Ia menambahkan, pembentukan Provinsi Madura memang belum memenuhi syarat administratif sesuai UU Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pemerintah Daerah.

Jumlah kabupaten yang terdapat di Pulau Madura hanya empat kabupaten. Sementara, dibutuhkan minimal lima kabupaten atau empat kabupaten plus satu kotamadya untuk membentuk sebuah provinsi.

"Yang penting kita gaungkan saja dulu, sambil mengurus daerah administratif yang ada," ujarnya.

Ia menyebutkan, untuk memenuhi syarat tersebut, ada dua opsi yang dapat dilakukan.

Pertama memecah Kabupaten Sumenep menjadi dua yaitu Sumenep daratan dan Sumenep kepulauan.

Kedua, menjadikan Kecamatan Kamal di Kabupaten Bangkalan sebagai kabupaten sendiri.

"Kalau melihat realita yang ada, wilayah yang paling besar adalah Bangkalan. Bisa saja memekarkan Bangkalan menjadi dua," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Jokowi Bersepeda di CFD Sudirman-Thamrin sambil Menyapa Warga Jakarta

Nasional
KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

KPK Kantongi Data Kerugian Ratusan Miliar dalam Kasus PT Taspen, tapi Masih Tunggu BPK dan BPKP

Nasional
4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

Nasional
KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

Nasional
Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Nasional
Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

Nasional
Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Nasional
Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Nasional
Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Nasional
Saat 'Food Estate' Jegal Kementan Raih 'WTP', Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Saat "Food Estate" Jegal Kementan Raih "WTP", Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Nasional
Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

Nasional
Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

Nasional
Nasib Pilkada

Nasib Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com