JAKARTA, KOMPAS.com — Peneliti Setara Institute Aminudin Syarif mengatakan, program bela negara yang digagas Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dikhawatirkan akan menimbulkan upaya untuk melakukan militerisasi sipil.
Sebab, peran TNI di masyarakat secara langsung saat ini mulai berkurang, terutama pascareformasi 1998.
"Kami khawatir ada upaya-upaya militerisasi sipil, yang justru bertentangan dengan aspek supremasi sipil itu sendiri," kata Syarif saat menyampaikan keterangan di Jakarta, Rabu (21/10/2015).
Ia melihat, saat ini ada berbagai upaya untuk mengembalikan peran TNI pada institusi sipil, seperti munculnya gagasan penyidik TNI untuk memperkuat kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi. (Baca: Sudah Ada 67 Juta Kader Bela Negara, Target 100 Juta Kader Dianggap Realistis)
"Padahal, pelibatan TNI di institusi sipil bertentangan dengan amanat reformasi," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Badan Pengurus Setara Institute Bonar Tigor Naipospos menduga, melalui program bela negara, Presiden Jokowi ingin mencari dukungan politik dari TNI.
Sebab, meski didukung lima partai politik, baik di pemerintahan maupun di parlemen, dukungan itu dirasa belum kuat. (Baca: Kemenhan: Bela Negara Bukan Wajib Militer, Tak Ada Angkat Senjata)
"Seperti kita tahu, basis dukungan Jokowi saja, PDI-P, kadang suka nyerang, dan dukungan di parlemen pun kurang kuat," ujarnya.
Ia menambahkan, TNI sudah lama ingin masuk ke masyarakat. Sebab, dominasi TNI yang ada saat ini tidak seperti sebelum era reformasi. (Baca: Program Bela Negara Dibagi Tiga Kategori, Ini Penjelasannya)
"Fraksi TNI dihapus, dwifungsi ABRI dihapus. Lalu tanggung jawab TNI tak lagi berada di bawah Presiden, tapi ke Kementerian Pertahanan. Ini seakan TNI kalah dengan polisi," ujarnya.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sebelumnya menjelaskan pentingnya program bela negara yang akan segera diperkenalkan kembali oleh kementeriannya. (Baca: Menhan: Bela Negara Bukan Latihan Wajib Militer)
Menurut dia, konsep bela negara itu bukanlah dalam arti wajib militer, melainkan menanamkan rasa rela berkorban bagi bangsa dan negara.
"Tujuan bela negara adalah untuk mengubah perilaku supaya dia bangga kepada bangsanya, dia cinta kepada bangsa dan negara, dan akhirnya siap bekerja untuk bangsa dan negaranya, bila perlu mati untuk negaranya, berkorban. Itu muaranya, tujuannya, prosesnya ya ada," kata Ryamizard.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.