Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut JK, Bela Negara Sama Pentingnya dengan Pengadaan Alutsista

Kompas.com - 15/10/2015, 13:16 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, program bela negara sama pentingnya dengan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Kalla mengaku setuju jika Kementerian Pertahanan mengusung program bela negara.

"Sama-sama penting, alutsista penting, semua orang dididik menjadi patriot yang baik dari bidangnya," kata Kalla di Jakarta, Kamis (15/10/2015).

Hanya, ia mengaku belum tahu konsep detail bela negara yang diusulkan Kementerian Pertahanan tersebut. Menurut Kalla, bela negara bisa dilakukan dengan banyak cara. (Baca: Gerindra: Ribuan Orang Di-PHK, Daya Beli Menurun, Kenapa Diarahkan Bela Negara?)

"Saya kira, bela negara itu bermacam-macam. Anda bela negara dari media bagaimana Anda menjabarkan berita yang lebih baik, lebih positif, bela negara juga," tutur dia.

Ia lantas menyampaikan contoh lain bela negara. Misalnya, seorang tentara yang bertempur untuk negara, atau seorang dosen yang meningkatkan kemampuan generasi muda dalam konteks bela negara. (Baca: TB Hasanuddin: Belum Ada Payung Hukum Program Bela Negara)

"Kalau mahasiswa, membela negara dengan cara membuat inovasi, bela negara juga. Coba kalau dia tidak ada inovasi, kita kalah dari Singapura, China, dan Malaysia. Bela negara bukan hanya bertempur, bukan," tutur Kalla.

Sebelumnya, Wakil Ketua DPR Agus Hermanto menilai bahwa program bela negara berlebihan jika mengingat masih diperlukan pembaruan alutsista bagi TNI maupun Polri. Menurut dia, program bela negara perlu dipertimbangkan lebih jauh efektivitasnya, terlebih program tersebut memerlukan anggaran yang cukup besar. (Baca: Luhut: Program Bela Negara Tak Akan Bebani Anggaran Negara)

Dalam rangka membentuk 100 juta kader bela negara, Kementerian Pertahanan membentuk 4.500 kader pembina bela negara di 45 kabupaten/kota seluruh Indonesia.

"Para kader dibentuk untuk mewujudkan Indonesia yang kuat di tengah berbagai bentuk ancaman, baik nyata maupun belum nyata. Salah satu caranya adalah menumbuhkan rasa cinta Tanah Air," ujar Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Senin lalu.

Menurut Ryamizard, ancaman nyata bagi Indonesia antara lain terorisme, bencana alam, wabah penyakit, ancaman siber, dan narkoba. Sementara itu, ancaman belum nyata adalah perang antarnegara.

Direktur Bela Negara Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan, Kementerian Pertahanan, Laksamana Pertama TNI M Faisal, menuturkan, para kader pembina itu akan dilantik secara serentak oleh Presiden Joko Widodo pada Senin (19/10/2015) di Kementerian Pertahanan. Para kader ini akan dibina selama satu bulan.

Beberapa kompetensi yang disiapkan dalam pembinaan adalah penanaman nilai bela negara, penanaman sikap peduli terhadap negara, serta peningkatan kemampuan fisik dan psikis.

Seusai pembinaan, para kader akan bergabung dengan organisasi masyarakat di setiap daerah untuk menyosialisasikan pendidikan bela negara yang dimilikinya.

Faisal menegaskan, program bela negara tersebut berbeda dengan wajib militer yang diterapkan di negara-negara lain. Kader yang berasal dari berbagai kalangan, seperti dokter, ahli agama, dan guru, tetap bisa menyosialisasikan nilai bela negara tersebut sesuai dengan profesi yang dijalaninya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com