NEW YORK, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla berpidato dalam pertemuan para pemimpin dunia di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat, tentang perlawanan global terhadap gerakan Negara Islam Irak Suriah (NIIS/ISIS) dan aksi radikalisme.
Dalam pidatonya Kalla menegaskan, untuk mewujudkan keamanan dan perdamaian dunia dari aksi-aksi radikalisme seperti dilakukan ISIS, jangan sampai terjadi intervensi militer dari pihak ketiga.
"Meskipun dengan dalih demi demokrasi intervensi tersebut dilakukan, justru yang terjadi adalah kegagalan demokratis di negara tersebut. Jadi, jangan intervensi militer ke satu negara atas dalih apapun, termasuk demokrasi," ujar Wapres Kalla seraya menyebut Irak dan Afghanistan sebagai contoh, saat memberikan keterangan pers di Markas PBB, Selasa (29/) pagi waktu setempat atau malam waktu Jakarta.
Tumbuhnya akar ekstrimisme dan radikalisme, tambah Kalla, juga disuburkan dengan tidak adanya kepemimpinan dan struktur pemerintahan yang buruk. "Apalagi ada kemiskinan dan ketidakadilan dalam memberikan jaminan kehidupan," ujar Wapres Kalla.
Saat ditanya, mengapa hanya sedikit orang Indonesia yang berminat dengan ISIS jika dibandingkan orang-orang Eropa, Kalla mengatakan, karena orang Indonesia banyak menganut ajaran Islam yang moderat.
"Kalau orang Eropa banyak terbuai ketika diberi harapan indah oleh ISIS lewat media sosial bahwa kalau masuk ke ISIS bisa masuk surga. Oleh karena itulah, mereka banyak belajar ke Indonesia tentang Islam yang moderat," ucap Kalla.