Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diminta Buat Kesepakatan Jadwal Lempar Jumrah dengan Negara OKI

Kompas.com - 25/09/2015, 12:04 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi VIII DPR Hidayat Nur Wahid mengusulkan, agar pemerintah Indonesia berperan aktif dalam memberi solusi penyelenggaraan haji agar musibah di Mina, Arab Saudi, tidak terulang. Salah satu solusinya, yakni dengan membuat kesepakatan terkait pengaturan jadwal ritual lempar jumrah.

"Saya harap Indoneisa hadir untuk beri solusi terhadap permasalahan yang ada pada penyelesaian permasalahan haji," kata Hidayat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (25/9/2015).

Selama ini, kata dia, kesepakatan yang diambil dengan negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) baru sebatas pada kuota jamaah haji. Belum ada kesepakatan terkait jadwal lempar jumrah. (baca: Kemenlu Imbau Masyarakat Tak Berspekulasi soal Penyebab Musibah di Mina)

"Misalnya nih, jam 07.00-09.00 untuk negara-negara Arab, jam 09.00-11.00 untuk negara Afrika, 11.00-13.00 untuk negara kawasan Balkan, 13.00-15.00 untuk negara kawasan Asia Selatan dan 15.00 ke atas untuk negara kawasan Asia Tenggara," ujarnya.

Jika usulan itu disepakati, menurut dia, persoalan jamaah haji yang membludak saat lempar jumrah dapat diatasi. (baca: Pangeran Saudi Perintahkan Investigasi Musibah Mina)

"Saya harap Menag (Lukman Hakim) memberikan masukan atau usulan kepada negara lain di OKI untuk lakukan kesepakatan baru," ujar Wakil Ketua MPR dari Fraksi PKS itu.

Seperti dikutip Kompas, insiden saling desak dan jatuh terinjak melanda jemaah haji di Mina, Arab Saudi, Kamis (24/9), mengakibatkan sedikitnya 717 orang meninggal dan 863 terluka. Di antara yang meninggal, ada 3 warga Indonesia. (baca: Korban Tewas dalam Musibah di Mina Kini Capai 717 Orang)

Insiden terjadi pukul 07.30 waktu setempat atau 11.30 WIB saat dua kelompok besar jemaah datang bersamaan di perempatan di Jalan 204, Mina, 5 kilometer dari Mekkah.

Direktorat Pertahanan Sipil Arab Saudi mengatakan, insiden terjadi di persimpangan Jalan 204 dan Jalan 223. Persimpangan itu merupakan salah satu tempat yang bisa dilalui jemaah untuk melempar jumrah. (baca: Ini Identitas Resmi WNI yang Jadi Korban Tewas dalam Musibah di Mina)

Di lokasi menuju tiga tempat melempar jumrah, telah dibangun jembatan tingkat lima untuk meningkatkan keselamatan jemaah, yang disebut Jembatan Jamarat. Namun, menurut petugas kesehatan yang dikutip kantor berita AFP, insiden berlangsung di luar Jembatan Jamarat.

Pagi itu, sekumpulan jemaah yang akan meninggalkan area tersebut bertabrakan dengan jemaah lain yang bergerak ke arah berlawanan atau menuju area tenda. Selain tempat melempar jumrah, Mina juga lokasi berdirinya lebih dari 160.000 tenda tempat jemaah bermalam.

Otoritas Arab Saudi mengatakan, tiba-tiba terjadi peningkatan jumlah jemaah menuju tempat melempar jumrah.

Setelah wukuf di Arafah dan menghabiskan malam (mabit) di Muzdalifah, jemaah bergegas ke Mina untuk melaksanakan jumrah aqabah, yang waktunya dibatasi setelah terbit matahari hingga tenggelam matahari. Waktu yang terbatas membuat sebagian besar jemaah memilih pagi hari untuk melempar jumrah karena udara belum terlalu panas. Akses menuju tempat melempar jumrah hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Dari pengamatan Kompas saat berjalan menuju tempat melempar jumrah pukul 06.15, akses masuk melalui terowongan Muasim sudah dipadati ribuan orang. Butuh waktu hampir satu jam untuk sampai ke tempat melempar jumrah yang berjarak sekitar 2 kilometer dari pintu masuk terowongan Muasim.

Di sepanjang jalan, jemaah tidak mungkin berhenti dengan lebar langkah hanya 30-40 sentimeter. Pagi itu, penjagaan tidak terlihat begitu ketat kecuali di lokasi masuk travelator.

Di sepanjang jalan tidak ada semprotan air pendingin. Beberapa petugas menyemprot ke arah jemaah dengan botol berisi air yang dilubangi, tetapi hanya mampu membasahi beberapa anggota jemaah.

Di tempat melempar jumrah, seluruh lantai dipenuhi jemaah. Akses keluar dan masuk area itu juga dipenuhi ribuan orang. Tidak ada tempat bagi jemaah untuk beristirahat sejenak. Di area ini, banyak petugas mengusir jemaah yang beristirahat sejenak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com