Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politisi PDI-P: Kami Berhak Kritik Presiden Jokowi

Kompas.com - 15/07/2015, 13:36 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP PDI Perjuangan Sukur Nababan mengatakan, partainya berkewajiban mengawal kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo. Menurut Sukur, wajar jika PDI-P memberikan penilaian atas kinerja Kabinet Kerja karena menjadi partai utama yang mengusung Jokowi dalam Pemilu Presiden 2014.

"Kami berhak mengkritik, memberi masukan kepada Jokowi. Kami ikut bertanggung jawab, apa iya kita harus diam saja jika ada program yang salah," kata Sukur, saat dihubungi, Rabu (15/7/2015).

Anggota Komisi V DPR RI itu mengatakan, saat ini pemerintah dihadapkan pada permasalahan ekonomi nasional yang mengalami pelambatan pertumbuhan. Menurut dia, PDI-P harus memberikan masukan termasuk mengenai evaluasi kinerja menteri ekonomi yang membantu Jokowi.

"Kalau kinerja Jokowi bagus, yang bagus bukan PDI-P. Tapi kalau kinerja pemerintah jelek, yang dijelekkin PDI-P," katanya.

Sukur membantah jika masukan dari PDI-P untuk Jokowi dikaitkan dengan tujuan memperoleh tambahan kursi dalam kabinet. Ia mengatakan, PDI-P tidak akan mengintervensi hak prerogatif Jokowi dalam memilih para pembantunya.

Akan tetapi, menurut dia, PDI-P memiliki banyak kader potensial untuk masuk dalam kabinet. Ia berharap Jokowi segera melakukan perombakan kabinet dengan mengganti menteri yang kinerjanya buruk.

"Reshuffle itu mutlak. Kita kritis bukan ingin menjegal, tapi ingin menguatkan pemerintahan yang lemah," ujar dia.

Tekanan kepada Jokowi

Pernyataan Sukur itu untuk menanggapi hasil pemantauan Politicawave terhadap percakapan netizen di sosial media. Menurut Pendiri Politicawave, Yose Rizal, mayoritas netizen menganggap masukan dari partai pendukung Jokowi merupakan tekanan untuk memperebutkan jatah kursi dalam kabinet.

"Koalisi partai dianggap netizen memberikan tekanan untuk mendapat jatah kursi menteri," kata Rizal.

Politicawave menganalisa, percakapan netizen sejak 1 Mei hingga 8 Juli 2015. Hasilnya, ada 17 menteri Kabinet Kerja yang sering diperbincangkan netizen dan dihubungkan dengan perombakan kabinet. Hasil pemantauan di periode tersebut mendapatkan 92.979 percakapan netizen mengenai perombakan kabinet. Percakapan itu diperoleh dari 15.512 akun dengan potensi jangkauan percakapan mencapai 73.358.433.

Dari jumlah 17 menteri itu, urutan teratas yang dianggap netizen perlu di-reshuffle adalah Menko Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri ESDM Sudirman Said, dan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. Netizen menilai koordinasi antar menteri-menteri di bidang ekonomi.

"Hal tersebut menyebabkan kondisi perekonomian Indonesia tercatat menurun, ditandai dengan pelemahan rupiah dan pertumbuhan ekonomi terendah sejak 2009," ujar Rizal.

Berdasarkan analisa Politicawave, nama lain yang sering diperbincangkan netizen dan dihubungkan dengan perombakan kabinet adalah Menpora Imam Nachrowi, Menkumham Yasonna H Laoly, Menko PMK Puan Maharani, Mendagri Tjahjo Kumolo, dan Menteri BUMN Rini M Soemarno.

Selanjutnya, ada menteri PPN/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago, Menteri Perdagangan Rahmat Gobel, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Menko Maritim Indroyono Soesilo, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, dan Mensesneg Pratikno.

Selain soal perekonomian, para netizen juga menyoroti mengenai buruknya komunikasi antar menteri dan masyarakat. Muncul juga penilaian jika para menteri tidak kompak, memiliki agenda pribadi/kelompok, dan adanya campur tangan partai politik dalam pemerintahan Presiden Jokowi.

Analisa Politicawave ini menggunakan metodologi earned media share of voice by sentiment (EMSS). Seluruh percakapan netizen yang membicarakan menteri di sosial media dan media online dikumpulkan dengan menggunakan keyword yang berafiliasi dengan menteri dan memfilter percakapan yang tidak berafiliasi dengan menteri.

Percakapan yang dihimpun berasal dari Facebook, Twitter, Instagram, Youtube dan media massa online.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com