JAKARTA, KOMPAS - "Setelah 10 tahun memerintah, Partai Demokrat kini ibarat masuk pit stop. Ganti ini, ganti itu, ganti roda, dan sebagainya," ujar Hinca Panjaitan, Ketua DPP Partai Demokrat, baru-baru ini.
Dalam diskusi di ruang wartawan DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Hinca "meminjam" istilah balap mobil Formula 1 untuk menjelaskan kondisi terkini Partai Demokrat.
Ketika Hinca menjelaskan soal pit stop, celetukan bermunculan dari para wartawan. "Kok, hanya ganti roda? Tidak sekalian ganti sopir?" ujar sejumlah wartawan DPR.
Hari Senin (11/5/2015) ini hingga Rabu (13/5) lusa, Partai Demokrat menggelar kongres keempat. Agenda utama kongres menyangkut kepemimpinan puncak di tubuh partai itu.
Semua mata kini tertuju pada sosok Susilo Bambang Yudhoyono, kader andalan Demokrat, dan sejauh ini satu-satunya presiden yang mampu bertahan dua periode setelah tumbangnya rezim Soeharto. Mengapa? Karena nyaris semua pemerhati bertaruh Yudhoyono akan tampil sebagai ketua umum.
Ada harapan, Kongres IV Demokrat berlangsung demokratis. Ada pula asa supaya Kongres IV Demokrat menjadi ajang pertukaran ide dan gagasan untuk membangun masyarakat Indonesia dan peradaban lebih baik. Tak sedikit pengamat politik mengingatkan urgensi dibukanya ruang demokrasi dalam kontestasi pemilihan ketua umum walau nantinya, toh, kursi ketua umum direbut SBY.
Tentu ketangguhan sosok SBY di Demokrat sedikit banyak dipengaruhi keberadaan Demokrat yang dijadikan "kendaraan politik" SBY. Setidaknya, itu kata-kata Ketua Umum Partai Demokrat S Budhisantoso (Kompas, 17 April 2002).
Regenerasi
Persoalannya, SBY selama 10 tahun telah mengabdikan hidupnya untuk memimpin negeri ini. Dunia juga terus berubah. Di sisi lain, suksesi dan regenerasi pemimpin bangsa tidak mungkin dielakkan.
Demikian strategisnya peran SBY, membuat beberapa pihak menyarankan SBY tetap berada di posisi Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.
Bagaimana jika SBY tetap ingin menjadi Ketua Umum Demokrat? "SBY bukan lawan kami. Tidak mungkin kami berkompetisi dengan beliau. Dua kali sebagai presiden, tokoh bangsa yang diakui dunia internasional dan masyarakat Indonesia. Nama beliau juga di mata publik mempunyai citra relatif tinggi," kata Wakil Ketua Dewan Pembina PD Marzuki Alie.
Namun, harapannya, ujar Marzuki, ada dinamika demokrasi sesuai dengan jati diri PD yang bersih, cerdas, santun, dan demokratis. Nilai-nilai demokrasi ini dibangun di partai. Inilah yang semestinya dihidupkan.
Tanggung jawab PD sesungguhnya adalah menyiapkan kader supaya betul-betul mempunyai kapasitas untuk memimpin, kapasitas menjadi negarawan, baik sebagai anggota legislatif maupun eksekutif.
Namun, harus diakui, penyiapan kader andal itu terhambat minimnya pendidikan politik dan macetnya perekrutan kader bermutu. Partai harus ingat, tugas mereka bukan hanya menang pemilu. (HARYO DAMARDONO/STEFANUS OSA)
Artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Mei 2015 dengan judul "Menanti Dinamika Demokrasi di Demokrat".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.