Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fahri: Penyadapan KPK Sering Tidak Transparan

Kompas.com - 25/03/2015, 19:44 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengkritisi kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi dalam menetapkan seseorang sebagai calon tersangka kasus korupsi. Menurut dia, KPK kerap tidak transparan kepada publik saat menetapkan calon tersangka.

Fahri mencontohkan, sebelum menetapkan seorang calon tersangka, KPK kerap melakukan penyadapan untuk mencari alat bukti. Namun, ketika diklarifikasi langkah penyadapan yang dilakukan oleh DPR, KPK enggan mengungkapkannya.

"Penyadapan oleh KPK sering tidak transparan dan pada saat DPR akan meminta klarifikasi, para pimpinan KPK menyatakan bahwa hal tersebut merupakan rahasia perusahaan," kata Fahri saat diskusi bertajuk "Kenapa KPK Terancam?" di Institut Peradaban, Jakarta, Rabu (25/3/2015).

Fahri menilai, sikap KPK yang demikian menunjukkan jika lembaga antirasuah itu terkesan arogan. KPK seakan sembunyi di balik kekuasaannya yang besar dalam melaksanakan praktik pemberantasan korupsi.

Padahal, kata dia, penyadapan yang kerap dilakukan KPK sering kali bertentangan dengan hak asasi manusia. Tugas utama KPK adalah membantu meningkatkan kinerja dua lembaga penegak hukum, yakni Kepolisian RI dan Kejaksaan Agung, dalam menjalankan tugasnya yang sama.

Sementara itu, mantan penasihat KPK, Abdullah Hehamahua, mengatakan, di dalam UU KPK disebutkan jika korupsi merupakan kejahatan luar biasa. Karena itu, diperlukan penanganan yang luar biasa oleh lembaga yang luar biasa pula untuk menyelesaikannya.

"Aturan yang mengatur dalam hukum acara KPK berbeda dengan KUHAP, seperti pemeriksaan seorang tersangka, tidak perlu izin atasan dan boleh melakukan penyadapan terkait kasus korupsi," katanya.

Abdullah menilai wajar apabila KPK memiliki kesan seperti yang disebutkan Fahri. Menurut dia, dalam pemberantasan korupsi, sebuah lembaga tidak boleh ragu. Pasalnya, dampak yang ditimbulkan akibat praktik korupsi itu sangat besar.

"KPK yang terlihat haus atau ganas dalam memberantas korupsi disebabkan mereka melihat dampak yang luar biasa dari kejahatan korupsi," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Eks Pejabat Kemenkes Sebut Harga APD Covid-19 Ditentukan BNPB

Eks Pejabat Kemenkes Sebut Harga APD Covid-19 Ditentukan BNPB

Nasional
Transaksi Judi 'Online' Meningkat, Kuartal I 2024 Tembus Rp 101 Triliun

Transaksi Judi "Online" Meningkat, Kuartal I 2024 Tembus Rp 101 Triliun

Nasional
Hari Ini, Gaspol Ft Sudirman Said: Pisah Jalan, Siap Jadi Penantang Anies

Hari Ini, Gaspol Ft Sudirman Said: Pisah Jalan, Siap Jadi Penantang Anies

Nasional
Habiburokhman: Judi 'Online' Meresahkan, Hampir Tiap Institusi Negara Jadi Pemainnya

Habiburokhman: Judi "Online" Meresahkan, Hampir Tiap Institusi Negara Jadi Pemainnya

Nasional
Baru 5 dari 282 Layanan Publik Pulih Usai PDN Diretas

Baru 5 dari 282 Layanan Publik Pulih Usai PDN Diretas

Nasional
Penerbangan Garuda Indonesia Tertunda 12 Jam, Jemaah Haji Kecewa

Penerbangan Garuda Indonesia Tertunda 12 Jam, Jemaah Haji Kecewa

Nasional
Perdalam Pengoperasian Jet Tempur Rafale, KSAU Kunjungi Pabrik Dassault Aviation

Perdalam Pengoperasian Jet Tempur Rafale, KSAU Kunjungi Pabrik Dassault Aviation

Nasional
Cek Harga di Pasar Pata Kalteng, Jokowi: Harga Sama, Malah di Sini Lebih Murah

Cek Harga di Pasar Pata Kalteng, Jokowi: Harga Sama, Malah di Sini Lebih Murah

Nasional
Kasus Korupsi Pengadaan Lahan JTTS, KPK Sita 54 Bidang Tanah dan Periksa Sejumlah Saksi

Kasus Korupsi Pengadaan Lahan JTTS, KPK Sita 54 Bidang Tanah dan Periksa Sejumlah Saksi

Nasional
Jokowi Klaim Program Bantuan Pompa Sudah Mampu Menambah Hasil Panen Padi

Jokowi Klaim Program Bantuan Pompa Sudah Mampu Menambah Hasil Panen Padi

Nasional
Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Soal Izin Usaha Tambang Ormas Keagamaan, Pimpinan Komisi VII Ingatkan Prinsip Kehati-hatian dan Kepatutan

Nasional
Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Jokowi Pastikan Beras Bansos Berkualitas Premium, Tak Berwarna Kuning dan Hitam

Nasional
Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Minta Pemerintah Tetapkan Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Ketua KPU: Kalau Tak Ada, Bakal Repot

Nasional
Terima Kunjungan Delegasi Jepang, Kepala BNPT Perkenalkan Program Deradikalisasi

Terima Kunjungan Delegasi Jepang, Kepala BNPT Perkenalkan Program Deradikalisasi

Nasional
Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com