JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Mahkamah Partai Golkar, Muladi, mengungkapkan mengapa sulit mewujudkan islah untuk mengakhiri konflik di internal Golkar. Menurut Muladi, islah sulit terjadi karena perebutan kursi ketua umum.
Muladi menjelaskan, perundingan untuk mengupayakan islah sudah berjalan sejak lama. Bahkan saat persidangan Mahkamah Partai berlangsung, upaya damai dilakukan. Beberapa kesepakatan telah tercapai, di antaranya mengenai pilkada serentak dan kesepakatan bahwa pihak yang kalah tidak akan membentuk partai baru.
"Tapi yang paling sulit disepakati adalah siapa yang akan menjadi ketua umum, ketua harian. Itu wajar, karena semua mau menjadi ketua umum," kata Muladi, di kediaman pribadinya di Jakarta Selatan, Rabu (4/3/2015).
Meski demikian, Muladi masih optimistis konflik Golkar dapat berakhir dengan mekanisme islah. Keyakinan itu setidaknya masih ada sebelum Mahkamah Partai membacakan putusan atas perselisihan kepengurusan Golkar.
Muladi menambahkan, majelis Mahkamah Partai awalnya sepakat untuk memberikan putusan sela dan mengupayakan islah dengan melibatkan tokoh senior Golkar. Hanya, putusan sela itu batal dilakukan lantaran majelis Mahkamah Partai kecewa dengan sikap kubu Aburizal Bakrie.
Kubu Aburizal memilih mengajukan kasasi pada Mahkamah Agung atas putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat. (Baca: Muladi Akui Putusan MPG karena Tersinggung Kubu Aburizal)
"Sekarang mahkamah sudah selesai, tidak ada sidang lagi. Kita pertimbangkan untuk menyerahkan pada pengadilan semua bahan yang kita miliki selama diperlukan," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.