Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PPATK Minta Dilibatkan dalam Seleksi Pejabat dan Penegak Hukum

Kompas.com - 10/02/2015, 15:19 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menilai seleksi pejabat dan juga penegak hukum harus mulai dilakukan secara ketat, termasuk dengan melakukan penelusuran jejak rekam dan transaksi keuangan dari calon-calon pejabat itu. PPATK pun meminta pemerintah untuk menerbitkan peraturan pemerintah (PP) yang mengatur secara formal prosedur pelibatan PPATK ini.

"Kalau menurut hemat saya, rekrutmen salah satu hal sentral, rekrutmen pejabat. Sifatnya sekarang masih surat edaran dari MenPAN (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi) untuk PPATK ikut dalam seleksi pejabat eselon II strategis dan eselon I. Kalau ini mau dilakukan, surat edaran Menpan ini diperkuat dalam PP," ujar Wakil Kepala PPATK Agus Santoso usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Selasa (10/2/2015).

Saat ini, Agus menuturkan pelibatan PPATK dalam proses seleksi pejabat eselon I dan II strategis tercantum dalam Surat Edaran Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 1 Tahun 2012. Namun, Agus mengamini bahwa seleksi dengan melibatkan PPATK seharusnya dilakukan untuk semua jabatan politis termasuk juga penegak hukum.

"Iya, masukan saja (seluruh pejabat dan penegak hukum). Ini penting. Rekrutmen pejabat adalah hal penting untuk mencegah koruptor masuk ke lingkaran kekuasaan," ucap Agus.

Tapi saat ditanya apakah PPATK akhirnya dilibatkan dalam proses seleksi calon Kapolri, Agus enggan berkomentar.

"Soal itu, saya belum bisa berkomentar. Kita tunggu saja lah," kata dia.

Sebagai informasi, PPATK bersama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mulai aktif dilibatkan dalam proses seleksi pejabat eselon I dan II di setiap kementerian. Namun, pelibatan PPATK justru menimbulkan dinamika baru saat proses seleksi menteri dan juga seleksi calon Kapolri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laporan Fiktif dan Manipulasi LPJ Masih Jadi Modus Korupsi Dana Pendidikan

Laporan Fiktif dan Manipulasi LPJ Masih Jadi Modus Korupsi Dana Pendidikan

Nasional
Dana Bantuan dan Pengadaan Sarana-Prasarana Pendidikan Masih Jadi Target Korupsi

Dana Bantuan dan Pengadaan Sarana-Prasarana Pendidikan Masih Jadi Target Korupsi

Nasional
Lettu Eko Terindikasi Terlilit Utang Karena Judi Online, Dankormar: Utang Almarhum Rp 819 Juta

Lettu Eko Terindikasi Terlilit Utang Karena Judi Online, Dankormar: Utang Almarhum Rp 819 Juta

Nasional
Disambangi Bima Arya, Golkar Tetap Condong ke Ridwan Kamil untuk Pilkada Jabar

Disambangi Bima Arya, Golkar Tetap Condong ke Ridwan Kamil untuk Pilkada Jabar

Nasional
Beri Pesan untuk Prabowo, Try Sutrisno: Jangan Sampai Tonjolkan Kejelekan di Muka Umum

Beri Pesan untuk Prabowo, Try Sutrisno: Jangan Sampai Tonjolkan Kejelekan di Muka Umum

Nasional
Golkar Minta Anies Pikir Ulang Maju Pilkada DKI, Singgung Pernyataan Saat Debat Capres

Golkar Minta Anies Pikir Ulang Maju Pilkada DKI, Singgung Pernyataan Saat Debat Capres

Nasional
Marinir Sebut Lettu Eko Tewas karena Bunuh Diri, Ini Kronologinya

Marinir Sebut Lettu Eko Tewas karena Bunuh Diri, Ini Kronologinya

Nasional
Ketua Komisi VIII Cecar Kemenhub Soal Pesawat Haji Terbakar di Makassar

Ketua Komisi VIII Cecar Kemenhub Soal Pesawat Haji Terbakar di Makassar

Nasional
MPR Akan Bertemu Amien Rais, Bamsoet: Kami Akan Tanya Mengapa Ingin Ubah UUD 1945

MPR Akan Bertemu Amien Rais, Bamsoet: Kami Akan Tanya Mengapa Ingin Ubah UUD 1945

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Mulai Diberangkatkan dari Madinah ke Mekkah

Jemaah Haji Indonesia Mulai Diberangkatkan dari Madinah ke Mekkah

Nasional
Bertemu PM Tajikistan di Bali, Jokowi Bahas Kerja Sama Pengelolaan Air

Bertemu PM Tajikistan di Bali, Jokowi Bahas Kerja Sama Pengelolaan Air

Nasional
Kementan Kirim Durian ke Rumah Dinas SYL, Ada yang Capai Rp 46 Juta

Kementan Kirim Durian ke Rumah Dinas SYL, Ada yang Capai Rp 46 Juta

Nasional
Momen Eks Pejabat Bea Cukai Hindari Wartawan di KPK, Tumpangi Ojol yang Belum Dipesan

Momen Eks Pejabat Bea Cukai Hindari Wartawan di KPK, Tumpangi Ojol yang Belum Dipesan

Nasional
Jokowi Bertemu Puan di WWF 2024, Said Abdullah: Pemimpin Negara Harus Padu

Jokowi Bertemu Puan di WWF 2024, Said Abdullah: Pemimpin Negara Harus Padu

Nasional
Menkumham Mengaku di Luar Negeri Saat Rapat Persetujuan Revisi UU MK

Menkumham Mengaku di Luar Negeri Saat Rapat Persetujuan Revisi UU MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com