Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jokowi Tidak Bisa Mengontrol Kekuasaannya"

Kompas.com - 25/01/2015, 15:51 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Adrianus Meliala membantah bahwa pengajuan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai calon Kapolri adalah rekomendasi Kompolnas. Menurut Adrianus, Presiden Joko Widodo langsung memilih Budi sebelum Kompolnas menyelesaikan rekomendasi.

Adrianus menjelaskan, Kompolnas menyerahkan draf berisi lima calon Kapolri kepada Presiden Jokowi pada Kamis (8/1/2015). Dalam draf tersebut, ada beberapa nama calon Kapolri, termasuk di antaranya adalah Budi Gunawan dan Wakapolri Komjen Badrodin Haiti.

Ia mengaku terkejut saat mendengar kabar bahwa Jokowi langsung mengirim surat pencalonan Budi Gunawan sebagai Kapolri ke DPR RI pada Jumat (9/1/2015). Padahal, kata Adrianus, Kompolnas sudah menjelaskan kepada Menko Polhukam bahwa nama-nama yang diajukan itu belum selesai ditelusuri dan masih berbentuk draf.

"Siapa yang nyangka hari Kamis kami paparan, sore disiapkan surat ke DPR. Kami baru akan mewawancarai dan mengumpulkan informasi, tiba-tiba besok dikirim surat pada DPR, cerdas sekali kan beliau," ucap Adrianus, dalam sebuah diskusi di Jakarta Pusat, Minggu (25/1/2015).

Di lokasi yang sama, pengamat politik dari Cyrus Network, Hasan Nasbi Batupahat, menuturkan, dipilihnya Budi Gunawan sebagai calon Kapolri merupakan bukti tidak mampunya Jokowi memimpin pemerintahan.

Menurut Hasan, Jokowi tidak akan mengajukan surat pencalonan Budi ke DPR sebelum ada rekomendasi utuh dari Kompolnas. (Baca: Dianggap Menyesatkan Jokowi, Seluruh Komisioner Kompolnas Diminta Mundur)

"Jokowi sekarang berkuasa, tapi enggak bisa mengontrol kekuasaannya. Di tangan siapa kekuasaannya, bisa di Megawati, Surya Paloh, atau parpol pendukungnya," ucap Hasan. (Baca: Presiden Jokowi Dinilai Kehilangan Momentum)

Hasan melanjutkan, Jokowi selama ini dikenal sebagai pemimpin yang tidak suka berbenturan dengan masyarakat. Namun, untuk persoalan Kapolri, kata Hasan, Jokowi seperti tidak berdaya dan menerobos citra positifnya.

"Karena Jokowi enggak berdaya, enggak punya support, atau khawatir akan kehilangan support politik. Karena tanpa support politik, Jokowi akan kesulitan menjalankan pemerintahan," kata Hasan. (Baca: Aksi #SaveKPK Ajukan Lima Tuntutan ke Jokowi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com