Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Penunjukan Budi Gunawan sebagai Calon Kapolri Dipaksakan

Kompas.com - 12/01/2015, 12:56 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Pengamat Kepolisian Bambang Widodo Umar menilai terlalu cepat Presiden Joko Widodo memilih Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai calon Kepala Kepolisian RI, yang akan menggantikan Jenderal Pol Sutarman. Menurut dia, Jokowi terlihat terlalu memaksakan memilih calon Kapolri dalam waktu singkat.

"Ada kesan seperti dipaksakan karena kalau dilihat, ini masih ada waktu untuk memilih Kapolri baru. Masanya Sutarman masih cukup panjang (pensiun Oktober 2015)," ujar Bambang saat dihubungi, Senin (12/1/2015).

Apalagi, kata Bambang, penunjukkan Budi tidak didahului penelusuran rekam jejak oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan sebagai pertimbangan untuk memilih calon Kapolri. (baca: Komisi III DPR Minta Calon Kapolri Budi Gunawan Klarifikasi Isu Rekening Gendut)

Presiden Jokowi melibatkan kedua institusi tersebut ketika menyusun Kabinet Kerja dan proses seleksi hakim konstitusi. Namun, selain pemilihan calon Kapolri, Jokowi juga tidak melibatkan KPK dan PPATK ketika memilih HM Prasetyo sebagai Jaksa Agung. (baca: Presiden Jokowi Tidak Konsisten!)

"Banyak hal dari calon tersebut yang tidak disampaikan secara objektif sehingga membuat masyarakat bertanya-tanya," kata Bambang.

Bambang lantas menduga ada unsur politis dan kepentingan pemerintah dibalik penunjukan Budi. Padahal, kata Bambang, ada kandidat yang lebih baik dibanding Budi dalam daftar kandidat calon Kapolri yang sebelumnya diajukan.

"Semestinya perlu disandingkan calon lainnya. Ada yang lebih clean, ini mesti diperhatikan," ujar Bambang. (baca: Tak Lewat KPK dan PPATK, Jokowi Khawatir Budi Gunawan "Distabilo Merah"?)

Oleh karena itu, Bambang mengimbau agar DPR mempertimbangkan rekam jejak dan masukan sejumlah pihak terhadap Budi dalam uji kelayakan dan kepatutan di DPR nantinya. Menurut dia, pemilihan Kapolri harus sangat hati-hati karena menyangkut keamanan dan ketertiban masyarakat dan negara, bukan pemerintah.

"Ini kelihatan sekali politiknya. Kita butuhkan Kapolri yang bisa membenahi hukum di Indonesia karena Polri adalah alat negara," ucap Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

Nasional
Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Nasional
Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com