Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AirNav Mengaku Tak Tahu AirAsia QZ8501 Hadapi Awan Kumulonimbus

Kompas.com - 29/12/2014, 17:22 WIB
Sabrina Asril

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com — Air Traffic Service Center AirNav Indonesia mengaku tak tahu-menahu bahwa pesawat AirAsia QZ8501 tengah menghadapi awan kumulonimbus di hadapannya. AirNav yang mengontrol kendali lalu lintas udara (air traffic control) di Indonesia itu mengaku pilot hanya menyampaikan adanya cuaca buruk saat meminta bergeser ke arah kiri.

"Kami hanya tahu ada cuaca buruk saat pilot meminta geser ke kiri. Tapi, saat pilot minta naik dari 32.000 kaki ke 38.000 kaki, pilot tak menjelaskan alasannya," kata Direktur Safety and Standard AirNav Wisnu Darjono di kantor Otoritas Bandara, Bandara Soekarno-Hatta, Senin (29/12/2014).

Darjono mengatakan, pilot sudah mendapat izin untuk bergeser ke kiri sejauh 7 mil. Entah mengapa, kemudian pilot meminta naik ke ketinggian 38.000 kaki.

"Kami tidak bertanya kenapa minta pindah lagi. Kami hanya minta stand by," ucap dia.

Menurut Darjono, pilot dipersilakan memberikan penilaiannya sendiri soal keadaan cuaca yang akan dihadapinya. Pilot juga sudah terlebih dulu memegang rencana penerbangan (flight plan) atas dasar informasi cuaca yang ada di (briefing office) sebelum pesawat lepas landas.

Pesawat, sebut Darjono, sudah dilengkapi pula dengan radar cuaca (weather radar) yang bisa mencapai radius 100-200 mil. Sementara itu, radar yang dimiliki ATC Bandara Soekarno-Hatta tak memiliki data informasi soal cuaca.

"Kami tidak punya informasi cuaca. Karena kalau itu ada, lalu lintas pesawat akan tertutup dengan warna merah atau putih," ungkap Darjono.

Kontak AirAsia QZ8501 terakhir kali dengan ATC diketahui terjadi pada pukul 06.14. Saat itu, ATC hendak memberitahukan agar pesawat yang mengangkut 162 orang itu hanya bisa naik ke ketinggian 36.000 kaki. Namun, tak ada jawaban dari pesawat tersebut.

Darjono tak bisa menduga apakah pesawat itu akhirnya menembus awan kumulonimbus atau tidak. Dia hanya menyebutkan bahwa awan kumulonimbus sangat bahaya bagi penerbangan.

"Semua pilot harus menghindar dari awan itu karena dia bergerak sangat aktif dan mengguncang ke atas dan ke bawah," kata Darjono.

Setelah tak lagi mendapatkan respons dari AirAsia QZ8501, pesawat itu dinyatakan hilang pada pukul 07.55. Saat ini, upaya pencarian masih terus dilakukan di laut dan darat di sekitar Belitung dan Kalimantan Barat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Di Hadapan Wapres, Ketum MUI: Kalau Masih Ada Korupsi, Kesejahteraan Rakyat 'Nyantol'

Di Hadapan Wapres, Ketum MUI: Kalau Masih Ada Korupsi, Kesejahteraan Rakyat "Nyantol"

Nasional
Polri Tangkap 5 Tersangka Penipuan Berkedok Email Palsu, 2 di Antaranya WN Nigeria

Polri Tangkap 5 Tersangka Penipuan Berkedok Email Palsu, 2 di Antaranya WN Nigeria

Nasional
Terobosan Menteri Trenggono Bangun Proyek Budi Daya Ikan Nila Salin Senilai Rp 76 Miliar

Terobosan Menteri Trenggono Bangun Proyek Budi Daya Ikan Nila Salin Senilai Rp 76 Miliar

Nasional
Terdakwa Korupsi Tol MBZ Pakai Perusahaan Pribadi untuk Garap Proyek dan Tagih Pembayaran

Terdakwa Korupsi Tol MBZ Pakai Perusahaan Pribadi untuk Garap Proyek dan Tagih Pembayaran

Nasional
Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar 'Open House'

Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar "Open House"

Nasional
KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

Nasional
Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Nasional
Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Nasional
Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Nasional
Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Nasional
Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Nasional
Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Nasional
Hanya Ada 2 'Supplier' Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Hanya Ada 2 "Supplier" Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Nasional
Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Nasional
KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com