Lucius mengatakan, partai politik yang menjadi kendaraan para artis itu melenggang ke Senayan seharusnya menyeleksi secara ketat para artis yang akan menjadi anggota Dewan. Pertimbangan popularitas, lanjut dia, jangan menjadi alasan merekrut para artis dan menjadikannya sebagai pendulang suara. Setelah menjadi anggota DPR, kualitasnya sebagai legislator akan dipertaruhkan.
“Ideologi yang praktis dan instan ala artis pada umumnya terbawa di DPR. Sehingga mereka semua tidak menganggap serius hal-hal yang seharusnya untuk publik. Menjawab dengan santai, dan seolah-olah biasa saja padahal itu sangat penting untuk rakyat,” kata Lucius di Jakarta, Jumat (19/12/2014).
Menurut Lucius, sebelum direkrut, para artis seharusnya diberikan pendidikan politik agar mampu menjadi legislator andal. Selain itu, ia menilai, para artis yang akan menjadi anggota DPR juga perlu dibekali pendidikan moral dan etika agar terhindar dari tindakan atau mengeluarkan pernyataan yang justru menjadi blunder.
Pernyataan Lucius menanggapi pernyataan anggota DPR asal Fraksi Partai Amanat Nasional Anang Hermansyah yang mengatakan akan memanfaatkan masa reses untuk mengurus anaknya yang baru lahir. Formappi, kata Lucius, kemungkinan akan melaporkan Anang ke Majelis Kehormatan Dewan karena menilai pernyataan Anang telah melanggar etika anggota Dewan. Pada masa reses, anggota DPR harus turun ke daerah pemilihan untuk menyerap aspirasi konstituen.
“Bukan tidak mungkin saya kira Anang dalam proses selanjutnya selalu melahirkan pernyataan kontra produktif, kami gugat itu ke MKD. Sudah pasti pernyataan yang meremehkan dirinya sebagai anggota DPR itu juga meremehkan rakyat,” kata Lucius.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.