Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perairan Berau, "Surga" Laut yang Diincar Penjarah Asing

Kompas.com - 25/11/2014, 12:26 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


TANJUNG REDEB, KOMPAS.com —
Perairan Berau, Kalimantan Utara, menjadi sasaran kapal asing penjarah hasil laut. Mengapa perairan tersebut diincar para nelayan asing ilegal tersebut?

Direktur Konservasi Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Kementerian Kelautan dan Perikanan Agus Darmawan mengatakan, perairan dengan total luas 12,8 hektar itu bagaikan surga yang jatuh ke bumi.

"Perairan Berau ini memiliki keanekaragaman hayati sangat kaya. Tetangga kita melihat itu hal berbeda. Akhirnya, mereka ambil ikan di sini," ujar Agus di Pelabuhan Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Selasa (25/11/2014) siang.

Ada 13 pulau kecil di perairan Berau. Dua di antaranya adalah pulau terluar di Indonesia. Di antara pulau-pulau itulah kekayaan hasil laut terhampar.

Penyu hingga ubur-ubur

Sebanyak 13 pulau kecil tersebut merupakan habitat penyu hijau. Kondisi demikian menjadikan 13 pulau itu sebagai habitat terbesar penyu di Asia Tenggara. Penyu-penyu itu kawin di perairan Berau kemudian meletakkan telur-telurnya di pantai 13 pulau itu.

"Ada tujuh spesies penyu hijau di dunia. Enam spesies di antaranya ada di perairan Berau," ujar Agus.

Perairan Berau juga merupakan habitat dari spesies ikan pari yang dilindungi, yakni ikan pari manta (Manta birostris). Ikan dengan panjang maksimal hingga 7 meter ini hanya bisa ditemukan di perairan Raja Ampat, Papua; perairan Nusa Penida, Bali; dan perairan Pulau Kakaban, salah satu pulau di perairan Berau.

"Di dunia hanya dua jenis pari manta, dua-duanya ada di perairan Berau. Hebatnya, orang bisa leluasa berenang bersama mereka di laut dangkal," kata Agus.

Berau juga menjadi rumah bagi ubur-ubur. Sebagian besar jenis ubur-ubur laut memiliki kemampuan menyengat. Namun, jenis ubur-ubur yang hidup di sebuah danau di Pulau Kakaban, salah satu pulau di perairan Berau, sangat bersahabat. Orang bisa berenang bersama ubur-ubur itu tanpa harus khawatir tersengat tentakelnya.

"Di dunia, hanya ada dua jenis ubur-ubur yang tidak menyengat. Satu di Pulau Kakaban, satu lagi di Kepulauan Palau. Jenis ini sangat endemik," ujar Agus.

Terumbu karang dan bakau

Pesona perairan Berau juga meliputi kekayaan terumbu karang dan hutan bakau. Keberadaan keduanya menjadikan perairan Berau surga bagi ikan-ikan, baik ikan hias, ikan konsumsi, hingga ikan besar sejenis hiu dan paus. Atas kondisi demikian, tidak heran jika "manusia perahu" datang ke perairan itu lalu menjarah hasil lautnya untuk dijual ke kapal asing besar di wilayah perbatasan.

Manusia perahu adalah sebutan bagi warga asal Malaysia dan Filipina yang mencari ikan berbulan-bulan di perairan Indonesia. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, dalam setahun, mereka bisa lima atau enam kali menjarah hasil laut Indonesia. Sudah tentu aktivitas mereka tidak mendapatkan izin alias ilegal.

"Modus operandinya, mereka menangkap ikan dengan kapasitas lima atau sepuluh gros ton. Rupanya di perbatasan sudah ada kapal ikan besar berkapasitas 300 gros ton untuk dijual di luar negeri. Jadi, kapal-kapal kecil ini jadi pemasok ikan ke mereka," ungkap Susi.

Yang memprihatinkan, cara penangkapan ikan kapal-kapal tersebut tidak menimbang kelestarian alam laut. Banyak kapal nelayan yang masih menggunakan pukat, racun (portas), atau bom ikan. Ketiga cara tersebut mengancam kelestarian ekosistem biota laut di perairan Indonesia.

Dalam waktu dekat, Susi akan berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri, Direktorat Jenderal Imigrasi, dan Kedutaan Besar Filipina untuk menentukan apa yang akan dilakukan selanjutnya, apakah mendeportasi mereka atau memberikan sanksi hukum atas tuduhan pencurian hasil laut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 3 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 3 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tak Mau Buru-buru Bersikap soal Putusan MA, Demokrat: Kita Pelajari Dulu

Tak Mau Buru-buru Bersikap soal Putusan MA, Demokrat: Kita Pelajari Dulu

Nasional
Saksi Sebut Ada Penebalan Jalan di Tol MBZ Saat Akan Uji Beban

Saksi Sebut Ada Penebalan Jalan di Tol MBZ Saat Akan Uji Beban

Nasional
2 WNI Dalang Visa Haji Palsu Terancam Penjara 6 Bulan dan Dilarang Masuk Arab Saudi 1 Dekade

2 WNI Dalang Visa Haji Palsu Terancam Penjara 6 Bulan dan Dilarang Masuk Arab Saudi 1 Dekade

Nasional
2 WNI Dalang Visa Haji Palsu Akan Diproses Hukum di Arab Saudi

2 WNI Dalang Visa Haji Palsu Akan Diproses Hukum di Arab Saudi

Nasional
Kolaborasi Kemenaker dan BKKBN Dorong Penyediaan Fasilitas KB di Lingkungan Kerja

Kolaborasi Kemenaker dan BKKBN Dorong Penyediaan Fasilitas KB di Lingkungan Kerja

Nasional
Gerindra Kantongi Nama untuk Pilkada Jakarta, Sudah Disepakati Koalisi Indonesia Maju

Gerindra Kantongi Nama untuk Pilkada Jakarta, Sudah Disepakati Koalisi Indonesia Maju

Nasional
Budi Djiwandono Nyatakan Tak Maju Pilkada Jakarta, Ditugaskan Prabowo Tetap di DPR

Budi Djiwandono Nyatakan Tak Maju Pilkada Jakarta, Ditugaskan Prabowo Tetap di DPR

Nasional
ICW Minta Pansel Capim KPK Tak Loloskan Calon Bawa Agenda Parpol

ICW Minta Pansel Capim KPK Tak Loloskan Calon Bawa Agenda Parpol

Nasional
Soroti Kekurangan Kamar di RS Lubuklinggau, Jokowi Telepon Menteri PUPR Segera Turunkan Tim

Soroti Kekurangan Kamar di RS Lubuklinggau, Jokowi Telepon Menteri PUPR Segera Turunkan Tim

Nasional
Unsur Pemerintah Dominasi Pansel Capim KPK, ICW: Timbul Dugaan Cawe-Cawe

Unsur Pemerintah Dominasi Pansel Capim KPK, ICW: Timbul Dugaan Cawe-Cawe

Nasional
Jokowi Beri Sinyal Lanjutkan Bantuan Pangan, Diumumkan Bulan Juni

Jokowi Beri Sinyal Lanjutkan Bantuan Pangan, Diumumkan Bulan Juni

Nasional
Hati-hati, 'Drone' Bisa Dipakai untuk Intai Polisi hingga Jatuhkan Peledak

Hati-hati, "Drone" Bisa Dipakai untuk Intai Polisi hingga Jatuhkan Peledak

Nasional
KPK Harap Pansel Capim Aktif Serap Masukan Masyarakat

KPK Harap Pansel Capim Aktif Serap Masukan Masyarakat

Nasional
KY Diminta Turun Tangan Usai MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah

KY Diminta Turun Tangan Usai MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com