Said mengungkapkan, JK pernah dimarahi ayahnya karena tak mengikuti awal bulan Ramadhan seperti yang ditentukan oleh NU.
“Pernah suatu ketika Pak Jusuf Kalla ini awal Ramadhan ikut Muhammadiyah, ketahuan bapaknya, dimarahi habis-habisan,” ujar Said, saat menjadi pembicara dalam pembukaan Konferensi Besar Fatayat Nahdlatul Ulama XV, Jumat (21/11/2014),
Acara ini juga dihadiri Jusuf Kalla dengan didampingi Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansyah. Said mengaku mengenang almarhum Kalla dengan baik dan sosok yang sangat sederhana.
“Pernah suatu ketika, berangkat waktu shalat Jumat, Pak Kalla naik mobil dan ayahandanya jalan kaki. Ada yang bilang Bapak ini kok jalan kaki, anak-anaknya pakai mobil. Lalu, Beliau menjawab biarlah saja kan mereka anaknya orang kaya, kalau saya anaknya orang miskin,” tutur Said, menceritakan pengalamannya bersama Haji Kalla.
Dalam kesempatan tersebut, Said juga menyampaikan perkembangan organisasi NU. Menurut dia, hampir setiap pekan NU menerima tamu-tamu asing. Para tamu asing itu tertarik dengan konsep NU yang mengajak umatnya untuk toleransi dan moderat.
"Mereka tertarik dengan NU karena ada organisasi mayoritas tapi ajak umatnya agar toleran dan moderat bahkan mengutuk radikalisme, terorisme. Biasanya kalau mayoritas itu semaunya sendiri, lakukan apa saja kepada minoritas tapi NU justru mengajak agar selalu moderat dan mengutuk kekerasan," kata Said.
Said juga sempat menyinggung pandangannya mengenai Hari Santri. Menurut dia, tidak tepat jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana menetapkan tanggal 1 Muharam sebagai Hari Santri Nasional. Said mengusulkan agar Hari Santri ditetapkan pada 22 Oktober setiap tahunnya.
"Tolong sampaikan ke Presiden, tidak tepat 1 Muharam. Yang khas itu tanggal 22 Oktober di mana para santri dengan semangat jihad menyambut pasukan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) di Surabaya, dan mempertahankan kemerdekaan," kata dia.
Menurut Said, pada 22 Oktober puluhan tahun lalu, para santri dengan arahan Kiayai Haji Hasyim Ashari melawan pasukan NICA.
"Kiai Abas dari Cirebon, Kiai Maskur dari Malang, korbannya 22.000 tapi alhamdulillah berhasil. Yang pasang bom di komandan NICA itu Harun, santri Tebu Ireng. Jadi hari santri 22 Oktober bukan 1 Muharam," tutur Said.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.