Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenangan Said Aqil tentang Jusuf Kalla dan Ayahnya

Kompas.com - 21/11/2014, 20:09 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj mengisahkan kenangannya terhadap almarhum Haji Kalla, ayah Wakil Presiden Jusuf Kalla. Haji Kalla adalah tokoh Nahdlatul Ulama (NU) di Sulawesi Selatan. Ayah Jusuf Kalla pernah menjadi Bendahara NU di Sulawesi Selatan dan Bendahara Masjid Raya Makassar, Sulsel selama kurang lebih 30 tahun.

Said mengungkapkan, JK pernah dimarahi ayahnya karena tak mengikuti awal bulan Ramadhan seperti yang ditentukan oleh NU.

“Pernah suatu ketika Pak Jusuf Kalla ini awal Ramadhan ikut Muhammadiyah, ketahuan bapaknya, dimarahi habis-habisan,” ujar Said, saat menjadi pembicara dalam pembukaan Konferensi Besar Fatayat Nahdlatul Ulama XV, Jumat (21/11/2014),

Acara ini juga dihadiri Jusuf Kalla dengan didampingi Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansyah. Said mengaku mengenang almarhum Kalla dengan baik dan sosok yang sangat sederhana.

“Pernah suatu ketika, berangkat waktu shalat Jumat, Pak Kalla naik mobil dan ayahandanya jalan kaki. Ada yang bilang Bapak ini kok jalan kaki, anak-anaknya pakai mobil. Lalu, Beliau menjawab biarlah saja kan mereka anaknya orang kaya, kalau saya anaknya orang miskin,” tutur Said, menceritakan pengalamannya bersama Haji Kalla.

Dalam kesempatan tersebut, Said juga menyampaikan perkembangan organisasi NU. Menurut dia, hampir setiap pekan NU menerima tamu-tamu asing. Para tamu asing itu tertarik dengan konsep NU yang mengajak umatnya untuk toleransi dan moderat.

"Mereka tertarik dengan NU karena ada organisasi mayoritas tapi ajak umatnya agar toleran dan moderat bahkan mengutuk radikalisme, terorisme. Biasanya kalau mayoritas itu semaunya sendiri, lakukan apa saja kepada minoritas tapi NU justru mengajak agar selalu moderat dan mengutuk kekerasan," kata Said.

Said juga sempat menyinggung pandangannya mengenai Hari Santri. Menurut dia, tidak tepat jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana menetapkan tanggal 1 Muharam sebagai Hari Santri Nasional. Said mengusulkan agar Hari Santri ditetapkan pada 22 Oktober setiap tahunnya.

"Tolong sampaikan ke Presiden, tidak tepat 1 Muharam. Yang khas itu tanggal 22 Oktober di mana para santri dengan semangat jihad menyambut pasukan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) di Surabaya, dan mempertahankan kemerdekaan," kata dia.

Menurut Said, pada 22 Oktober puluhan tahun lalu, para santri dengan arahan Kiayai Haji Hasyim Ashari melawan pasukan NICA.

"Kiai Abas dari Cirebon, Kiai Maskur dari Malang, korbannya 22.000 tapi alhamdulillah berhasil. Yang pasang bom di komandan NICA itu Harun, santri Tebu Ireng. Jadi hari santri 22 Oktober bukan 1 Muharam," tutur Said.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

Nasional
Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Nasional
Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com