Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaksa Agung dari Parpol, Target Kasus Korupsi dan HAM Masa Lalu Sulit Diselesaikan

Kompas.com - 20/11/2014, 15:17 WIB
Abba Gabrillin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pengangkatan Jaksa Agung dari anggota partai politik menuai banyak kritikan. Hal itu dianggap telah menurunkan optimisme publik terhadap tanggung jawab penyelesaian kasus korupsi dan pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM), oleh jaksa agung.

"Saya kira untuk target korupsi dan HAM masa lalu, itu akan sulit dicapai. Apalagi dari orang parpol yang pernah berada di internal Kejaksaan Agung. Internal itu juga bagian dari masalah yang harus diselesaikan," ujar Ketua Badan Pengurus Setara Institute Hendardi, saat ditemui, di Jakarta, Kamis (20/11/2014).

Hari ini, Presiden Joko Widodo resmi menunjuk HM Prasetyo sebagai jaksa agung, yang akan menggantikan posisi Andi Nirwanto sebagai pelaksana tugas jaksa agung. HM Prasetyo merupakan anggota DPR dari Fraksi Partai Nasdem untuk periode 2014-2019. Ia juga mantan Jaksa Agung Muda bidang Pidana Umum.

Hendardi menyesali jaksa agung yang akhirnya dipilih, berasal dari kalangan internal Kejaksaan Agung. Menurut dia, akan sulit bagi institusi Kejaksaan Agung untuk melakukan reformasi internal, guna membongkar mafia kejaksaan.

Selain itu, dipilihnya jaksa agung dari kalangan partai politik, menurut Hendardi, akan semakin meragukan kualitas kinerja Kejaksaan Agung. Masalah kepentingan dan subyektifitas bisa menggangu kinerja jaksa agung dalam menangani masalah hukum.

Padahal, menurut Hendardi, publik saat ini tengah menanti jaksa agung baru yang diharapkan dapat menuntaskan masalah yang selama bertahun-tahun tidak pernah ditangani secara serius. Salah satunya adalah masalah HAM. Setidaknya, terdapat tujuh kasus yang hingga saat ini berhenti di Kejagung.

Beberapa di antaranya, yaitu kasus Trisakti, kasus Semanggi, penghilangan orang, dan penembak misterius. Ia berharap, penyelesaian masalah HAM di Kejagung akan mencegah peristiwa yang sama terulang kembali.

"Tentu saja agenda korupsi harus masuk, tapi dibutuhkan orang yang paham tentang advokasi dan penyelesaian masalah HAM. Kebenaran atas fakta tidak pernah terungkap kalau tidak diselesaikan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com