Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Survei, Masyarakat Menunggu Kinerja Konkret Kabinet Kerja Jokowi

Kompas.com - 30/10/2014, 14:54 WIB
Fathur Rochman

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Lingkaran Survei Indonesia merilis hasil survei pendapat masyarakat tentang Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Hasilnya, masyarakat tidak langsung puas terhadap bentukan kabinet kerja Jokowi-Kalla.

"Hanya 4,46 persen yang menyatakan langsung puas dengan kabinet Jokowi setelah Kabinet Kerja diumumkan dan dilantik oleh Presiden Jokowi," ujar anggota tim riset LSI, Rully Akbar, saat melakukan konferensi pers, di Graha Dua Rajawali, Jalan Pemuda No. 70, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (30/10/2014).

Dalam rilis survei tersebut, Rully mengatakan, mayoritas masyarakat yakni sebesar 74,75 persen menyatakan bahwa mereka masih menunggu dan melihat kerja konkret kabinet Jokowi di 3 sampai 6 bulan pertama, sebelum menilai puas atau tidak puas dengan kabinet Jokowi.

Sementara 16,83 persen masyarakat menyatakan tidak langsung puas dengan kabinet bentukan Jokowi-Kalla. Rully menuturkan, publik yang memilih untuk menunggu dan melihat kerja kongkrit kabinet kerja tersebut, merata dari semua segmen, mulai dari wilayah desa hingga perkotaan, laki-laki atau perempuan, dan tingkat pendidikan.

"Rata-rata di semua segmen antara 68-77 persen publik yang menyatakan masih menunggu kerja konkret kabinet Jokowi sebelum menilai baik atau buruk pemerintahan Jokowi," papar Rully.

Menurut Rully, alasan masyarakat masih menunggu kinerja kabinet Jokowi-Kalla, karena banyaknya tokoh baru yang muncul, terutama menteri dari kalangan profesional, yang belum dikenal masyarakat. Masyarakat, kata Rully, banyak yang tidak tahu tentang rekam jejak menteri-menteri tersebut.

Sehingga mayoritas masyarakat memilih untuk melihat dan menunggu kinerja para menteri tersebut 3 hingga 6 bulan ke depan. Pengumpulan data untuk survei ini dilakukan pada 27 dan 28 Oktober 2014.

LSI menggunakan sistem Quickpoll, yakni aplikasi di dalam smartphone yang memungkinkan melakukan riset secara cepat menggunakan aplikasi tersebut. Metode sampling yang digunakan adalah multistage random sampling dengan jumlah responden sebanyak 1200 orang. Margin of error dalam penelitian ini sebesar 2,9 persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com