JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan jajaran pemerintah mengenai masih adanya warga yang tinggal di lingkungan kumuh. Pada 2013, kata dia, satu dari delapan penduduk Indonesia belum hidup di lingkungan yang sejahtera.
“Semangat kita agar lebih banyak lagi rumah tangga yang lingkungannya sejahtera dan habitatnya baik. Itu tantangan kita dan tugas kita,” kata Presiden di Istana Negara, Jakarta, Jumat (3/10/2014), saat memperingati Hari Habitat Sedunia.
Presiden menyampaikan, selama 10 tahun kurang 17 hari, dia sudah melakukan blusukan untuk meninjau wilayah-wilayah di Indonesia. Jauh sebelum istilah blusukan dipopulerkan presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi), Yudhoyono mengaku sudah blusukan sejak 2004. Setiap kali blusukan, Presiden kerap menemui wilayah tempat tinggal yang kumuh.
“Saya senang blusukan, tapi pasti ketemu tempat-tempat kumuh, air tidak mengalir, sampah. Saya berpikir bagaimana tempat itu semakin berkurang,” ucap SBY.
SBY juga menyampaikan pengalamannya ketika Safari Ramadhan beberapa waktu lalu dengan menumpang kereta api berkeliling kampung. Ketika itu, SBY marah karena melihat lingkungan kotor sepanjang Jakarta-Cirebon.
"Setelah saya marah, dibersihkan. Tapi kalau saya tidak lewat lagi, ya kumat lagi," ucap SBY.
Demikian juga ketika dia mengunjungi sekolah dasar di Bogor yang sangat reyot. Setelah Presiden marah, kondisi sekolah tersebut berubah lebih baik satu tahun kemudian.
"Ada pejabat yang sangat peduli, ada pejabat yang kurang peduli. Mungkin kalau ada Adipura, baru siang malam dibersihkan karena mengejar Piala Adipura, mestinya tidak boleh begitu," kata SBY.
Ia lalu membandingkan kondisi Indonesia dengan negara-negara lain. Saat berkunjung ke Hokkaido, Jepang, misalnya, SBY mengaku terkesan karena perkampungan di sana huniannya tampak bersih dan indah. Demikian juga ketika SBY berkunjung ke Boston.
"Saya berpikir mengapa dua negara itu. Karena mereka sudah ratusan tahun merdeka, sudah maju peradabannya, ekonominya juga kuat, income tinggi. Dalam hati saya, ya pantas dan bisa bangsa dan negara yang dalam kondisi seperti itu," tutur dia.
Namun, saat berkunjung ke Rio de Janeiro di Brasil dan Manila di Filipina, Presiden kembali melihat lingkungan yang kumuh mirip di Indonesia. Kendati demikian, menurut Presiden, jumlah warga yang hidup di lingkungan kumuh di Indonesia semakin berkurang. Pada tahun 2000, satu dari lima warga negara Indonesia hidup dalam keadaan tidak sejahtera dan lingkungan tidak baik. Kemudian pada 2013, jumlahnya menjadi satu dari delapan warga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.