Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivis HAM Ragu dan Kecewa terhadap Jokowi

Kompas.com - 20/08/2014, 16:34 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Aktivis hak asasi manusia merasa kecewa dan meragukan komitmen presiden terpilih Joko Widodo dalam penuntasan kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu. Jokowi dianggap tidak memprioritaskan agenda penyelesaian masalah HAM tersebut.

Wakil Koordinator Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Chrisbiantoro mengatakan, janji-janji Jokowi saat berkampanye sangat menaruh prioritas pada penyelesaian masalah HAM. Namun, setelah Jokowi ditetapkan sebagai presiden terpilih, ia meragukan pemenuhan janji-janji tersebut.

"Belakangan kami ragu dan juga kecewa kepada Jokowi yang sepertinya tidak memprioritaskan pelanggaran HAM di masa lalu," kata Chris dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (20/8/2014) sore.

Chris menyadari bahwa Jokowi dan pasangannya Jusuf Kalla belum dilantik sebagai presiden dan wakil presiden sehingga tidak mungkin segera mengerjakan pelanggaran HAM pada masa lalu. Bahkan konstitusionalitas Jokowi-JK sebagai presiden terpilih juga baru akan ditentukan Mahkamah Konstitusi pada sidang putusan perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) presiden dan wakil presiden besok.

Namun, Chris menilai Jokowi-JK tidak peka terhadap isu HAM. Hal itu dapat dilihat dari Tim Transisi yang telah dibentuk. Chris menyoroti tak ada satu pun program mengenai penuntasan pelanggaran HAM yang diagendakan di sana.

"Belum ada task force yang jelas mengenai pelanggaran HAM. Apa yang akan ditransisikan dari pemerintahan SBY? Di bagian mananya? Atau yang mau ditansisikan ini justru ketidakmampuan pemerintahan SBY menuntaskan pelanggaran HAM masa lalu?" ujar Chris.

Chris juga menyoroti penunjukan mantan Kepala Badan Intelijen Negara, Abdullah Mahmud Hendropriyono, sebagai Penasihat Tim Transisi. Menurut dia, nama Hendropriyono sudah disebut Komisi Nasional Hak Asasi Manusia terlibat dalam kasus pelanggaran HAM di Talangsari, Lampung, dan pembunuhan aktivis HAM, Munir. "Bagaimana mau menuntaskan pelanggaran HAM kalau yang ditunjuk justru diduga kuat terlibat pelanggaran HAM?" ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ridwan Kamil Maju di Pilkada DKI Jakarta Atau Jabar? Ini Jawaban Ketum Golkar

Ridwan Kamil Maju di Pilkada DKI Jakarta Atau Jabar? Ini Jawaban Ketum Golkar

Nasional
Sandra Dewi Terus Menunduk Sembari Jalan Masuk ke Mobil Usai Diperiksa Kejagung

Sandra Dewi Terus Menunduk Sembari Jalan Masuk ke Mobil Usai Diperiksa Kejagung

Nasional
Soal Duet Dico-Raffi di Pilkada Jateng, Airlangga: Kalau Survei Bagus, Bakalan Terus

Soal Duet Dico-Raffi di Pilkada Jateng, Airlangga: Kalau Survei Bagus, Bakalan Terus

Nasional
Kasus Gubernur Abdul Gani, KPK Geledah Kantor Dinas ESDM dan PTSP Maluku Utara

Kasus Gubernur Abdul Gani, KPK Geledah Kantor Dinas ESDM dan PTSP Maluku Utara

Nasional
Jadi Pembicara di Forum Ekonomi Qatar, Prabowo Bahas Pembangunan Negara dan Puji Jokowi

Jadi Pembicara di Forum Ekonomi Qatar, Prabowo Bahas Pembangunan Negara dan Puji Jokowi

Nasional
Demokrat: UU Kementerian Negara Belum Revisi Sejak 2008, Padahal Politik Dinamis

Demokrat: UU Kementerian Negara Belum Revisi Sejak 2008, Padahal Politik Dinamis

Nasional
Menyusul Penerapan KRIS, BPJS Tegaskan Belum Ada Penghapusan Kelas dan Iuran Masih Sama

Menyusul Penerapan KRIS, BPJS Tegaskan Belum Ada Penghapusan Kelas dan Iuran Masih Sama

Nasional
Pemerintah Tunda Kewajiban Sertifikasi Halal UMKM hingga 2026

Pemerintah Tunda Kewajiban Sertifikasi Halal UMKM hingga 2026

Nasional
KPK Benarkan JK Bakal Jadi Saksi Meringankan Kasus Eks Dirut PT Pertamina

KPK Benarkan JK Bakal Jadi Saksi Meringankan Kasus Eks Dirut PT Pertamina

Nasional
Buntut Kecelakaan di Subang, Kemenhub dan Polri Cek Massal Kelayakan Bus Pariwisata di 6 Provinsi

Buntut Kecelakaan di Subang, Kemenhub dan Polri Cek Massal Kelayakan Bus Pariwisata di 6 Provinsi

Nasional
'Revisi UU MK Bukan soal Penegakkan Konstitusi, Ini soal Kepentingan Politik Jangka Pendek'

"Revisi UU MK Bukan soal Penegakkan Konstitusi, Ini soal Kepentingan Politik Jangka Pendek"

Nasional
KPK Tahan 2 Tersangka Baru Kasus Subkontraktor Fiktif di BUMN PT Amarta Karya

KPK Tahan 2 Tersangka Baru Kasus Subkontraktor Fiktif di BUMN PT Amarta Karya

Nasional
KPU Jamin Satu Keluarga Tak Akan Pisah TPS pada Pilkada 2024

KPU Jamin Satu Keluarga Tak Akan Pisah TPS pada Pilkada 2024

Nasional
Fraksi PDI-P Usul Presiden Konsultasi dengan DPR soal Jumlah Kementerian, Gerindra: Sangat Tidak Mungkin!

Fraksi PDI-P Usul Presiden Konsultasi dengan DPR soal Jumlah Kementerian, Gerindra: Sangat Tidak Mungkin!

Nasional
Di Sidang Ke-33 CCPCJ Wina, Kepala BNPT Ajukan 3 Pendekatan untuk Tangani Anak Korban Tindak Pidana Terorisme

Di Sidang Ke-33 CCPCJ Wina, Kepala BNPT Ajukan 3 Pendekatan untuk Tangani Anak Korban Tindak Pidana Terorisme

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com