Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Konflik Internal, Golkar Seharusnya Terapkan Cara Partai Modern

Kompas.com - 13/08/2014, 11:38 WIB
Febrian

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat komunikasi politik Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing, menyarankan kader-kader Golkar dapat menyikapi konflik internal yang tengah melanda partai tersebut layaknya sebagai partai modern. Ia mengungkapkan, Golkar harus mampu menyelesaikan konflik dengan pendekatan dialogis kepada kader yang punya pandangan berbeda dengan keputusan partai.

"Partai modern itu tidak mudah lakukan pelengseran dari suatu jabatan atau pencopotan. Justru sebaiknya melakukan pendekatan dialogis," kata Emrus, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (13/8/2014).

Emrus menyayangkan sikap Ketua Umum DPP Golkar Aburizal Bakrie yang mencopot dan memecat sejumlah kader yang dianggap berseberangan dengan partai. Salah satunya ialah Wakil Ketua Umum DPP Golkar Agung Laksono.

Emrus menilai, pencopotan Agung menunjukkan bahwa konflik yang terjadi di tubuh Golkar sangat serius karena ia merupakan tokoh berpengaruh di partai berlambang pohon beringin itu. Alasan pelengseran Agung dari jabatan struktural Golkar karena dianggap mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla juga dinilai Emrus kurang tepat. 

"Agung hanya diindikasikan merapat mendukung Jokowi-JK. Secara eksplisit kan belum," ucap Emrus. 

Menurut dia, cara yang dilakukan Aburizal seperti apa yang diterapkan seorang pimpinan  perusahaan. Seorang pemimpin parpol, kata dia, sebaiknya memahami bahwa partai adalah milik bersama.

"Jangan disamakan seperti perusahaan, di mana pemilik saham bisa pecat anggota-anggotanya. Ini partai politik, wadah untuk melahirkan calon-calon pemimpin bangsa," ujar Emrus.

Sebelumnya, Aburizal diberitakan melakukan pemecatan terhadap Agung dari posisinya sebagai Wakil Ketua Umum Golkar. Agung bersama politisi Golkar lainnya mendorong munas digelar tahun 2014 mengacu anggaran dasar anggaran rumah tangga (AD/ART) partai bahwa masa jabatan ketum selama lima tahun. 

Namun, berdasarkan rekomendasi Munas 2009, munas selanjutnya digelar pada 2015. Forum munas dianggap penting lantaran akan menentukan arah koalisi Golkar lima tahun mendatang, apakah tetap dalam Koalisi Merah Putih atau mendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla. Kemarin, Agung juga mengkritik kepemimpinan Aburizal yang terkesan sangat mudah melayangkan pemecatan terhadap kader.

"Itu bisa diselesaikan dengan duduk satu meja, bukan dengan dilakukan pemecatan," kata Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Enggan Tanggapi Isu Harun Masiku Hampir Tertangkap Saat Menyamar Jadi Guru

KPK Enggan Tanggapi Isu Harun Masiku Hampir Tertangkap Saat Menyamar Jadi Guru

Nasional
Tagline “Haji Ramah Lansia” Dinilai Belum Sesuai, Gus Muhaimin: Perlu Benar-benar Diterapkan

Tagline “Haji Ramah Lansia” Dinilai Belum Sesuai, Gus Muhaimin: Perlu Benar-benar Diterapkan

Nasional
Kondisi Tenda Jemaah Haji Memprihatikan, Gus Muhaimin Serukan Revolusi Penyelenggaraan Haji

Kondisi Tenda Jemaah Haji Memprihatikan, Gus Muhaimin Serukan Revolusi Penyelenggaraan Haji

Nasional
Pakar Sebut Tak Perlu Ada Bansos Khusus Korban Judi 'Online', tapi...

Pakar Sebut Tak Perlu Ada Bansos Khusus Korban Judi "Online", tapi...

Nasional
Harun Masiku Disebut Nyamar jadi Guru di Luar Negeri, Pimpinan KPK: Saya Anggap Info Itu Tak Pernah Ada

Harun Masiku Disebut Nyamar jadi Guru di Luar Negeri, Pimpinan KPK: Saya Anggap Info Itu Tak Pernah Ada

Nasional
Eks Penyidik: KPK Tak Mungkin Salah Gunakan Informasi Politik di Ponsel Hasto

Eks Penyidik: KPK Tak Mungkin Salah Gunakan Informasi Politik di Ponsel Hasto

Nasional
Jemaah Haji Diimbau Tunda Thawaf Ifadlah dan Sa'i Sampai Kondisinya Bugar

Jemaah Haji Diimbau Tunda Thawaf Ifadlah dan Sa'i Sampai Kondisinya Bugar

Nasional
Kasus WNI Terjerat Judi 'Online' di Kamboja Naik, RI Jajaki Kerja Sama Penanganan

Kasus WNI Terjerat Judi "Online" di Kamboja Naik, RI Jajaki Kerja Sama Penanganan

Nasional
Eks Penyidik KPK: Ponsel Hasto Tidak Akan Disita Jika Tak Ada Informasi soal Harun Masiku

Eks Penyidik KPK: Ponsel Hasto Tidak Akan Disita Jika Tak Ada Informasi soal Harun Masiku

Nasional
Soal Duet Anies-Kaesang, Relawan Anies Serahkan ke Partai Pengusung

Soal Duet Anies-Kaesang, Relawan Anies Serahkan ke Partai Pengusung

Nasional
MPR Khawatir Bansos yang Akan Diberikan ke Korban Judi Online Malah Dipakai Berjudi Lagi

MPR Khawatir Bansos yang Akan Diberikan ke Korban Judi Online Malah Dipakai Berjudi Lagi

Nasional
Eks Penyidik KPK: Kasus Harun Masiku Perkara Kelas Teri, Tapi Efeknya Dahsyat

Eks Penyidik KPK: Kasus Harun Masiku Perkara Kelas Teri, Tapi Efeknya Dahsyat

Nasional
Siapa Anggota DPR yang Diduga Main Judi Online? Ini Kata Pimpinan MKD

Siapa Anggota DPR yang Diduga Main Judi Online? Ini Kata Pimpinan MKD

Nasional
Eks Penyidik KPK Anggap Wajar Pemeriksaan Hasto Dianggap Politis, Ini Alasannya

Eks Penyidik KPK Anggap Wajar Pemeriksaan Hasto Dianggap Politis, Ini Alasannya

Nasional
Rupiah Alami Tekanan Hebat, Said Abdullah Paparkan 7 Poin yang Perkuat Kebijakan Perekonomian

Rupiah Alami Tekanan Hebat, Said Abdullah Paparkan 7 Poin yang Perkuat Kebijakan Perekonomian

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com