KOMPAS.com - Ada keasyikan tersendiri mengamati segala macam peristiwa yang berkaitan dengan Pemilu Presiden 2014 ini sambil membaca tulisan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam bukunya, SBY-Selalu Ada Pilihan-Untuk Pencinta Demokrasi dan Para Pemimpin Indonesia Mendatang.
SBY menuliskan banyak pengalaman, mulai dari yang jenaka sampai yang menyedihkan, dalam Pemilu Presiden 2004 dan 2009. Mari kita baca cuplikan-cuplikan sikap bijaksana, cerdas, dan kritis SBY terhadap survei, kampanye hitam, dan tim sukses.
Menurut SBY, para calon presiden perlu waspada pada laporan asal bapak senang (ABS) dari para tim sukses. Laporan ABS itu, misalnya, seperti ini. "Pak, dukungan rakyat kuat. Di berbagai daerah bahkan sangat kuat. Kita sangat yakin akan menang.” Atau demikian: "Ibu, massa pendukung kita solid. Tak tergoyahkan. Jumlahnya besar dan merekalah yang akan mengantarkan." Atau seperti ini: "Pak, jangan percaya pada survei. Itu pesanan semua. Mosok angka bapak dikasih rendah begitu. Bapak kuat. Bapak besar. Yakin kita."
Kalau capres langsung percaya kepada tim sukses yang mengatakan tiga hal itu, dalam buku tersebut SBY mengatakan, Anda (capres) telah memiliki persoalan.
Ingat, kata SBY, ABS itu racun. ”Sebaliknya, laporan yang tidak menyenangkan bisa menjadi obat mujarab untuk membuat Anda tetap sehat,” kata SBY. "Jika tim sukses Anda membawa kabar yang tidak baik (bad news), jangan buru-buru naik pitam. Gunakan akal sehat dan daya kritis Anda," katanya di bagian lain.
Di bawah subjudul, "Berkacalah dan Pelajari Hasil Survei yang kredibel", SBY mengatakan, "Terus terang saya sendiri percaya kepada hasil survei." Ia memberi alasan panjang mengapa percaya pada survei.
Dalam Pemilu Presiden 2004 dan 2009, ia memilih tiga lembaga survei untuk membaca peta dukungan dari para pemilih.
SBY mengingatkan agar waspada dan hati-hati pada tiga komentar atau pernyataan seperti ini. "Saya tidak percaya dengan survei. Omong kosong itu. Jangan terpengaruh." Komentar lain yang perlu diwaspadai juga seperti ini, "Survei itu, kan, pesanan. Mau baik atau tidak, tergantung berani bayar berapa. Enggak usah buang-buang waktu dengan survei." Atau juga komentar seperti ini, "Saya tahu lawan politik sengaja meninggikan hasil surveinya. Tujuannya agar masyarakat terpengaruh..." Waspadailah secara kritis tiga pandangan ini.
Dalam Pemilu Presiden 2004, SBY dan keluarganya juga diterpa kampanye hitam. Ia menemukan kampanye hitam ketika singgah di Singosari dalam perjalanan dari Surabaya ke Blitar untuk sungkem kepada ibunya, Siti Habibah, dan berziarah ke makam Bung Karno. "Untuk diketahui, ibunda saya adalah seorang pengagum Bung Karno dan sudah beberapa kali saya diajak ziarah ke makam presiden pertama kita itu," kata SBY dalam bukunya.
Di sebuah kedai kecil di Singosari, SBY membaca sebuah tabloid yang judulnya dan isinya "sangat menyeramkan". "Yang jadi headline dan topik utama adalah SBY sebelum masuk Akabri sudah menikah dan punya dua anak. Bukan hanya itu, ada lagi artikel lain yang menyerang integritas kepribadian saya. Terus terang saya dan istri sangat sedih," kata SBY.
Menghadapi kampanye hitam ini, SBY dan keluarganya berdoa dengan membaca surat Al Fatihah. Dalam Pemilu Presiden 2004 dan 2009, SBY menang.
"Kampanye hitam atau fitnah itu racun dan kejahatan politik. Kendalikan tim sukses dan pendukung Anda untuk tidak melakukan cara-cara buruk seperti itu. Mereka melakukan kesalahan besar," tulis SBY. (J Osdar)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.