Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Opini Timses Capres Dinilai Sudah Tidak Sehat

Kompas.com - 12/06/2014, 18:42 WIB
Kontributor Surabaya, Achmad Faizal

Penulis


Surabaya, KOMPAS.com - Perang opini menjelang pilpres 9 Juli nanti dinilai sudah menjurus ke perang yang tidak sehat. Karena itu elit politik dari kedua tim pemenangan capres-cawapres diminta lebih mengedepankan etika demi pendidikan politik yang baik bagi rakyat.

Menurut Direktur Utama Lembaga Survei Proximity, Whima Edy Nugroho, kampanye hitam melalui opini dari salah satu tim pemenangan sudah keterlaluan, dan banyak aturan yang dilanggar.

"Bahkan ada dokumen rahasia Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang dikeluarkan untuk menjatuhkan salah satu capres," katanya di Surabaya, Kamis (12/6/2014).

Dia menengarai, keluarnya dokumen DKP itu sengaja dihembuskan oleh kalangan purnawirawan TNI untuk menjatuhkan salah satu capres. Tidak hanya itu, isu soal Bintara Pembina Desa (Babinsa) yang dihembuskan juga mencederai netralitas TNI.

"Tidak masalah mereka terlibat dukung mendukung kandidat tertentu, asalkan tetap mengedepankan etika, dan tetap menjunjung nilai-nilai pembangunan demokrasi," tambahnya.

Terpisah, Koordinator Aliansi Ormas dan LSM Jawa Timur, Bambang Smith, menilai, munculnya purnawirawan jendral di tim pemenangan kedua capres-cawapres baik pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menimbulkan tarik ulur kekuatan suara TNI dalam pilpres.

"Para purnawirawan jendral ini punya kepentingan agar terlibat di penyelenggaraan negara jika pasangan jagonya terpilih," jelasnya.

Padahal kata Bambang, para purnawirawan jendral itu juga dinilainya masih memiliki latar belakang dosa bagi bangsa ini. Sebut saja Wiranto dan Prabowo yang diduga terlibat kasus penculikan aktifis pada 1998, serta Hendro Priyono dan Muchdi PR yang terlibat kasus pembunuhan aktifis HAM, Munir.

"Selain berorientasi kekuasaan, para purnawirawan jendral itu juga memiliki kepentingan agar dosa-dosa mereka bisa ditutup jika jagonya menang," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com