Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pejabat Indonesia Diduga Terima Suap Perkeretaapian

Kompas.com - 04/06/2014, 14:42 WIB


TOKYO, SELASA.com - Pemerintah Jepang tengah mempertimbangkan untuk menghentikan bantuan pembangunan resmi (ODA) kepada Indonesia setelah terungkap kasus penyuapan yang dilakukan sebuah perusahaan Jepang di tiga negara, yakni Uzbekistan, Vietnam, dan Indonesia. Di Indonesia, penerima suap itu adalah pejabat yang menentukan di Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.

Para pejabat Kementerian Luar Negeri Jepang, dikutip kantor berita Agence France-Presse (AFP), Selasa (3/6/2014), membenarkan bahwa bantuan pembangunan resmi untuk Vietnam telah dibekukan sejak Senin. Jepang juga telah membekukan bantuan bagi Uzbekistan dan saat ini tengah membahas kemungkinan sanksi yang sama kepada Indonesia.

Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono ketika dikonfirmasi mengatakan belum bisa menanggapi berita itu karena kabar tersebut belum lengkap. Apalagi dalam pertemuan terakhir dengan pejabat Jepang di Solo, Jawa Tengah, pekan lalu, masalah suap ini tidak disinggung oleh mereka.

Penghentian sementara ODA tersebut dilakukan setelah terungkapnya kasus penyuapan yang dilakukan perusahaan konsultan Japan Transportation Consultants (JTC). Menurut laman harian The Japan Times, mengutip Kyodo, Selasa, sebuah tim panel independen menemukan bahwa JTC telah membayar uang suap 160 juta yen (sekitar Rp 18,4 miliar) kepada para pejabat yang terlibat dalam berbagai proyek di Indonesia, Uzbekistan, dan Vietnam periode 2009-2014.

Tiga proyek

Dalam sejumlah media di Jepang disebutkan, pejabat yang menerima suap menduduki posisi menentukan di Direktorat Jenderal Perkeretaapian. Ia diduga menerima suap hingga 30 juta yen atau sekitar Rp 3,4 miliar untuk tiga proyek.

Belum jelas proyek apa di Indonesia yang terkait dengan kasus penyuapan tersebut. Namun, berdasarkan informasi di laman resmi JTC (www.jtc-con.co.jp), setidaknya ada tiga proyek di Indonesia yang melibatkan JTC sebagai konsultan dan masih berlangsung hingga saat ini.

Tiga proyek tersebut adalah pembangunan jalur ganda kereta api (KA) ruas Cikampek-Cirebon di jalur utara Jawa, jalur ganda KA ruas Kroya-Yogyakarta di jalur selatan Jawa, serta proyek elektrifikasi jalur utama Jawa dan pembangunan jalur ganda-ganda (double-double tracking).

Dalam proyek pembangunan jalur ganda Cikampek-Cirebon dan Kroya-Yogyakarta, laman JTC itu menyebut kliennya adalah Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.

Semua proyek tersebut, berdasarkan data di laman resmi Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA), dibiayai dengan ODA dari Pemerintah Jepang.

Khusus untuk kasus di Vietnam, kasus yang melibatkan JTC adalah pembangunan jalur 1 proyek pembangunan jalur KA urban kota Hanoi. Menurut harian Viet Nam News, enam pejabat yang terlibat dalam proyek ini telah ditahan pada Mei lalu, termasuk Tran Quoc Dong (50), Wakil Direktur Utama Vietnam Railways Corporation.

Mereka diduga menerima suap dari JTC sebesar 66-80 juta yen untuk memenangkan perusahaan konsultan tersebut di proyek yang juga dibiayai ODA dari Jepang.

Pemerintah Jepang menyatakan hanya akan melanjutkan lagi program bantuannya setelah Pemerintah Vietnam menyelidiki apakah JTC atau Vietnam Railways Corporation telah melanggar hukum. Selain itu, Tokyo juga menuntut Hanoi memastikan kasus serupa tak akan terjadi lagi. (DHF/MAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Nasional
Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Nasional
Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Nasional
Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Nasional
14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

Nasional
Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Nasional
Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Nasional
Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Nasional
SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

Nasional
Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Nasional
Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta 'Rest Area' Diperbanyak

Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta "Rest Area" Diperbanyak

Nasional
Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Nasional
Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Nasional
Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com