Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Kecurangan Terulang, KPU Diminta Memastikan Akurasi DPT Pilpres

Kompas.com - 30/05/2014, 14:02 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) memastikan seluruh warga negara Indonesia yang memiliki hak memilih tercatat dalam daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu Presiden (Pilpres) 2014. Dengan begitu, modus manipulasi suara pada pemilu legislatif lalu tidak terulang.

"DPT sebagai instrumen elementer dalam pemilu harus benar-benar akurat. Jangan seperti kemarin perbaikan DPT tidak ada habisnya. Akhirnya mentok dilempar ke Daftar Pemilih Khusus (DPK)," ujar Wakil Sekretaris Jenderal KIPP Indonesia Girindra Sandino, di Jakarta, Jumat (30/5/2014).

Ia mengatakan, DPK menjadi modus penggelembungan suara dengan manipulasi daftar hadir saat pendaftaran DPK. Menurutnya, pemilih fiktif sangat mungkin muncul pada pilpres berdasarkan hasil pemantauan pihaknya pada pileg 9 April 2014 lalu.

Saat itu, katanya, ditemukan kasus di beberapa tempat pemungutan suara (TPS) yang bisa mengakomodir 1.000 pemilih hanya dalam kurun waktu satu jam.

Berdasarkan jadwal Pilpres 2014, pengumuman daftar pemilih sementara (DPS) hasil pemutakhiran dilakukan hingga 19 Mei 2014. Kemudian pada 20-26 Mei 2014 merupakan kesempatan masyarakat untuk memberikan masukan.

Jadwal perbaikan DPS hasil pemutakhiran dilakukan mulai 27 Mei hingga 2 Juni 2014, sedangkan penetapan DPT Pilpres dilakukan pada 7 sampai 9 Juni 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jusuf Kalla Tiba di Pengadilan Tipikor, Jadi Saksi Karen Agustiawan

Jusuf Kalla Tiba di Pengadilan Tipikor, Jadi Saksi Karen Agustiawan

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 66 Rekening, 187 Tanah, 16 Mobil, dan 1 SPBU

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 66 Rekening, 187 Tanah, 16 Mobil, dan 1 SPBU

Nasional
Mengganggu Pemerintahan

Mengganggu Pemerintahan

Nasional
Daftar Aliran Uang Kementan kepada 2 Anak SYL, Capai Miliaran Rupiah?

Daftar Aliran Uang Kementan kepada 2 Anak SYL, Capai Miliaran Rupiah?

Nasional
Jokowi Rapat Bahas Aksesi OECD dengan Menko Airlangga dan Sri Mulyani

Jokowi Rapat Bahas Aksesi OECD dengan Menko Airlangga dan Sri Mulyani

Nasional
Korban Banjir Lahar di Sumbar hingga 16 Mei: 67 Orang Meninggal, 20 Warga Hilang

Korban Banjir Lahar di Sumbar hingga 16 Mei: 67 Orang Meninggal, 20 Warga Hilang

Nasional
Kemenag Beri Teguran Keras ke Garuda Indonesia soal Mesin Pesawat Rusak

Kemenag Beri Teguran Keras ke Garuda Indonesia soal Mesin Pesawat Rusak

Nasional
Spesifikasi HNLMS Tromp, Kapal Fregat Belanda yang Bersandar di Jakarta

Spesifikasi HNLMS Tromp, Kapal Fregat Belanda yang Bersandar di Jakarta

Nasional
Banyak Pabrik Pindah dari Jabar dan Picu PHK, Menperin: Itu Perhitungan Bisnis

Banyak Pabrik Pindah dari Jabar dan Picu PHK, Menperin: Itu Perhitungan Bisnis

Nasional
Prabowo Bantah Pemerintahannya Bakal Terapkan Proteksionisme

Prabowo Bantah Pemerintahannya Bakal Terapkan Proteksionisme

Nasional
Klaim Tak Pernah Rekomendasikan Proyek di Kementan, SYL: Semua Harus Sesuai SOP

Klaim Tak Pernah Rekomendasikan Proyek di Kementan, SYL: Semua Harus Sesuai SOP

Nasional
Prabowo Yakin Pertumbuhan Ekonomi Capai 8 Persen di 3 Tahun Pemerintahannya

Prabowo Yakin Pertumbuhan Ekonomi Capai 8 Persen di 3 Tahun Pemerintahannya

Nasional
Jelang Juni, Pemerintah Belum Putuskan Perpanjang Bansos Beras atau Tidak

Jelang Juni, Pemerintah Belum Putuskan Perpanjang Bansos Beras atau Tidak

Nasional
SYL Mengaku Tak Tahu Ada Patungan di Kementan untuk Kepentingannya

SYL Mengaku Tak Tahu Ada Patungan di Kementan untuk Kepentingannya

Nasional
Sebut Gaya Kepemimpinan Militeristik Tak Lagi Relevan, Prabowo: Saya Keluar dari Militer 25 Tahun Lebih

Sebut Gaya Kepemimpinan Militeristik Tak Lagi Relevan, Prabowo: Saya Keluar dari Militer 25 Tahun Lebih

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com