Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada Akhir Masa Jabatan, Anggota DPR Studi Banding ke Selandia Baru

Kompas.com - 25/04/2014, 14:34 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pada masa jabatan yang lebih kurang tinggal empat bulan, sejumlah anggota DPR RI yang tergabung dalam Panitia Khusus Panas Bumi akan melakukan studi banding ke Selandia Baru. Pansus itu sebagian besar terdiri dari anggota Komisi VII DPR yang membidangi masalah energi, tetapi ada pula anggota Komisi VI.

Keberangkatan rombongan tersebut terbagi ke dalam dua kloter. Kloter pertama terdiri dari 16 orang, akan berangkat pada 28 April dan kembali pada 4 Mei. Adapun kloter kedua terdiri dari 11 orang, yang akan pergi pada 11-17 Mei.

Ali Kastela, anggota Komisi VII DPR yang tergabung dalam pansus, membenarkan rencana keberangkatan itu. "Ya, memang kita akan berangkat ke sana (Selandia Baru)," kata Ali saat dihubungi Kompas.com, Jumat (25/4/2014) siang.

Menurut dia, tujuan studi banding itu untuk mempelajari energi panas bumi yang sudah sangat maju di Selandia Baru. Dengan begitu, nantinya pelajaran yang didapat di sana bisa diterapkan di Indonesia.

"Nanti kita bisa membuat energi panas bumi yang lebih murah dan lebih baik," anggota DPR dari Fraksi Partai Hanura itu.

Hal serupa disampaikan anggota Komisi VII dari Fraksi Partai Golkar, Hakim Kalla. Jika studi banding ini sukses, kata Hakim, maka Indonesia akan berhasil menerapkan sistem energi panas bumi yang jauh lebih baik dari sekarang.

"Memang ada rencana. New Zealand itu kan terkenal sebagai negara yang paling maju dalam hal energi panas bumi, jauh lebih maju dari kita. Sebenarnya kita juga punya potensi, jadi bagaimana kita belajar dari satu negara untuk menggali potensi itu," ujarnya.

Baik Ali maupun Hakim  mengaku tidak tahu mengenai total biaya yang dihabiskan untuk rencana studi banding ini. Ali mengatakan bahwa urusan biaya diserahkan sepenuhnya oleh sekretariat. Adapun Hakim mengatakan bahwa biaya telah ditekan seminimal mungkin. "Biaya itu hanya untuk tiket dan penginapan, tidak lebih," ujar Hakim.

Ia membantah anggapan bahwa studi banding ke Selandia Baru dilakukan untuk jalan-jalan dan menghabiskan anggaran. Menurutnya, studi banding itu murni untuk memperbaiki tata kelola gas panas bumi di Indonesia (baca: DPR Bantah ke Selandia Baru untuk Jalan-jalan dan Tutup Anggaran).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com