JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik Pol-Tracking, Hanta Yudha, memprediksi ada tiga dampak dari kisruh di internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Pertama, kata dia, kedua belah pihak yang berseteru akan menemukan solusi untuk menyelesaikan kisruh sehingga akhirnya bersatu kembali. Skenario ini adalah skenario paling baik yang bisa diambil PPP.
"Mereka harus duduk satu meja, melakukan islah sehingga akhirnya mendapatkan keputusan yang win-win solution. Ada konsensus bersama," kata Hanta saat dihubungi Kompas.com, Senin (21/4/2014).
Kedua, kata dia, akan ada kubu yang semakin kuat karena berhasil melakukan konsolidasi dengan kader-kader PPP di bawahnya secara maksimal. Sebagai konsekuensinya, akan ada satu kubu lain yang semakin melemah karena kalah suara.
"Akhirnya akan terjadi pertarungan antara faksi yang kuat dan faksi yang lemah. Akan ada penggembosan terhadap kubu yang lemah sehingga akhirnya PPP hanya dimiliki oleh kubu yang kuat," ujarnya.
Skenario kedua ini, menurutnya, jelas lebih buruk daripada skenario pertama, tetapi lebih baik daripada skenario ketiga. Di dalam skenario ketiga, bisa saja kedua kubu akan berada pada posisi yang sama-sama kuat.
"Kalau sama-sama kuat, nantinya konflik internal akan terus terjadi. Konsekuensi terburuknya, nanti bisa ada koalisi ganda sampai pencapresan ganda. Ini yang tidak dikehendaki dan harus dihindari betul-betul," ujarnya.
Hanta mengapresiasi sikap Ketua Umum PPP Suryadharma Ali yang akan mencoba melakukan islah dengan kubu Sekretaris Jenderal PPP Romahurmuziy. Dia berharap, langkah itu bisa menciptakan solusi terbaik sehingga akhirnya PPP bisa kembali seperti sedia kala.
Kisruh di PPP berawal saat Suryadharma secara sepihak menghadiri kampanye akbar Partai Gerindra di Stadion Utama Gelora Bung Karno, dalam masa kampanye Pemilu Legislatif 2014 beberapa waktu lalu. Tindakan Suryadharma yang mendukung pencapresan Prabowo Subianto dianggap menyalahi hasil mukernas PPP. Mukernas memutuskan akan menjalin komunikasi politik dengan delapan bakal capres yang ada. Di antara delapan nama itu, tak ada nama Prabowo.
Sempat muncul wacana penggulingan Suryadharma oleh sejumlah elite DPP dan DPW PPP. Namun, Suryadharma tetap bertahan dengan keputusannya. Bahkan, pada Jumat pekan lalu, ia mendeklarasikan koalisi dengan Partai Gerindra, yang dihadiri langsung oleh Prabowo.
Balakangan, kubu Romahurmuziy geram dan memutuskan untuk mengadakan rapimnas yang memberhentikan sementara Suryadharma dari jabatannya. Rapimnas itu juga memutuskan bahwa koalisi dengan Gerindra batal demi hukum.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.