Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empat Partai Ini Paling Banyak Langgar Batas Tayangan Iklan Kampanye

Kompas.com - 28/03/2014, 19:54 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com —Empat partai, yaitu Hanura, Nasdem, Golkar, dan Demokrat, dinyatakan melanggar frekuensi penayangan iklan kampanye. Hal itu berdasarkan pemantauan selama tiga hari, 21-23 Maret 2014, oleh Gugus Tugas yang terdiri atas Badan Pengawas Pemilu, Komisi Pemilihan Umum, Komisi Penyiaran Indonesia, dan Komisi Informasi Pusat. Hasil pantauan dilaporkan ke Divisi Pengawasan Bawaslu.

Wakil Ketua KPI Idy Muzayyad mengatakan, Bawaslu telah merekomendasikan keempat partai tersebut ke KPI untuk diberi sanksi berupa teguran.

"KPI juga sudah berikan teguran. Jangan kira teguran itu bukan sanksi, ya," ujar Idy, di Gedung Bawaslu, Jakarta Pusat, Jumat (28/3/2014) petang.

Pada hari pertama pemantauan, Demokrat paling banyak melebihi batas penayangan, yakni 20 spot iklan di SCTV dan 16 spot iklan di Indosiar. Disusul oleh Hanura yang juga menayangkan 16 spot iklan di Global TV.

Pada hari kedua, Golkar paling banyak melanggar dengan menayangkan 21 spot iklan di ANTV, diikuti Demokrat 19 spot iklan di Indosiar, dan Golkar dengan 18 spot iklan di TV One.

Pada hari terakhir pemantauan, Golkar juga paling banyak melanggar dengan 21 spot iklan di TV One, diikuti Demokrat dengan 19 spot iklann di Indosiar, dan 17 spot iklan di SCTV.

Idy mengatakan, keempat partai tersebut melanggar PKPU Nomor 15 tahun 2013 Pasal 42 yang menyatakan mengatur batas maksimum penayangan iklan kampanye pemilu di televisi, yakni 10 spot per hari selama maksimal 30 detik untuk televisi. Untuk menindaklanjuti temuan ini dan menentukan sanksi yang akan dijatuhkan, Idy masih menunggu rekomendasi Bawaslu.

"Kami masih tunggu rekomendasi dari Bawaslu. Minggu depan juga langsung ditindak," kata Idy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com