KOMPAS - MEREKRUT aktivis sebagai calon anggota legislatif merupakan salah satu ”kelebihan” Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Kesamaan visi, komitmen, dan pengalaman berhadapan dengan kekuasaan menjadi pendorong sekaligus perekat kedua belah pihak.
Daftar calon anggota legislatif PDI-P pada Pemilu 2014 menunjukkan, 70,5 persen berlatar belakang sebagai aktivis sejumlah organisasi, mulai dari organisasi mahasiswa, pemuda, lembaga swadaya masyarakat (LSM), ormas, ataupun organisasi profesi dan perempuan.
Proporsi terbesar adalah mereka yang pernah bergelut di LSM (26,3 persen) dan organisasi kemahasiswaan, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia, serta Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID), yaitu (18,9 persen).
Komposisi latar belakang caleg PDI-P itu berbeda dengan partai lainnya. Partai Golkar, misalnya. Proporsi terbesar caleg Golkar berlatar aktivis organisasi pemuda, seperti KNPI, Pemuda Pancasila, Panca Marga, serta Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra-Putri TNI Polri (FKPPI) (32,9 persen) menyusul kemudian organisasi profesi (21,6 persen). Mereka yang berlatar belakang organisasi mahasiswa hanya 5,2 persen, sementara LSM 6,3 persen.
Perbedaan komposisi itu menyiratkan perbedaan ”karakter” aktivisme yang pernah dijalani caleg setiap partai.
Jejak aktivis
Jejak aktivis di PDI-P telah muncul ketika terjadi kisruh di partai banteng, akhir 1990-an. Kisruh terjadi karena rezim Soeharto berusaha menghalangi kepemimpinan Megawati Soekarnoputri. Perlawanan para kader dan simpatisan PDI pro Mega didukung banyak aktivis pro demokrasi, baik dari kalangan mahasiswa maupun pegiat LSM.
Hal ini yang membuahkan kesamaan visi dan gerak antara partai dan para aktivis. Sejumlah mantan aktivis mahasiswa, seperti Pramono Anung, Heri Akhmadi, dan Trimedya Panjaitan, pun berhasil menjadi anggota legislatif 1999-2004. Beberapa di antaranya juga menjadi anggota legislatif 2004-2009 dan 2009-2014. Salah satunya, Budiman Sudjatmiko, Ketua Partai Rakyat Demokratik.
Perempuan meningkat
Proporsi caleg perempuan partai ini juga terus meningkat sejak 2004, yaitu 27,1 persen menjadi 35,2 persen pada 2009 dan 2014. Ada beberapa nama aktivis perempuan yang kiprahnya relatif menonjol.
Rieke Diah Pitaloka, misalnya. Sebelum masuk parlemen, ia aktif dalam gerakan aliansi anti-militerisme. Selama menjadi anggota DPR 2009-2014, Rieke tak putus memperjuangkan kepentingan buruh migran.
Nama lainnya Eva Kusuma Sundari yang dikenal cukup vokal mengartikulasikan kepentingan perempuan. Sebelum ke Senayan, ia aktif di Koalisi Perempuan Indonesia yang memperjuangkan hak-hak perempuan.
Kini, daftar itu semakin panjang. Bahkan, PDI-P menyatakan merekrut para aktivis, baik di tingkat nasional maupun daerah. Sejumlah nama baru muncul seperti I Gusti Agung Putri, aktivis hak asasi manusia; Sofyan Tan, aktivis pendidikan; La Ode Ota, aktivis lingkungan hidup; serta Intim Solachma, Nuraini Hilir, dan Tunggal Prawesti, pembela hak-hak perempuan.
Bagi PDI-P, para aktivis merupakan anak-anak muda yang berprestasi sekaligus memiliki komitmen kuat kepada wong cilik yang menjadi perhatian utama partai. (BI Purwantari/Litbang Kompas)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.