Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DKPP Disoraki Anggota KPU Seluruh Indonesia

Kompas.com - 04/02/2014, 21:06 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Menjadi penegak kode etik bagi penyelenggara pemilu ternyata bukan hal yang mudah diterima. Dalam pembukaan konsolidasi nasional Komisi Pemilihan (KPU), Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) disoraki oleh anggota KPU seluruh Indonesia.

Para anggota KPU daerah yang hadir dalam pembukaan Rapat Konsolidasi Nasional Menyongsong Pemilu 2014 kompak menyoraki Ketua DKPP Jimly Asshidiqqie ketika namanya disebut Ketua KPU Husnu Kamil Manik dalam sambutannya.

"Yang terhormat, Ketua DKPP," kata Husni yang langsung dipotong peserta rapat yang hadir.

"Huuu...," kata seluruh peserta rapat konsolidasi tersebut dengan panjang di Jakarta Convention Center, Jakarta Selatan, Selasa (4/2/2014).

Sorakan itu sontak mengundak gelak tawa banyak orang yang hadir di ruangan tersebut, termasuk Husni yang sedang membaca sambutan. Bahkan, Jimly tidak dapat menahan tawanya.

Sorakan itu terus berulang setiap nama Jimly maupun DKPP disebutkan. Setidaknya, tiga kali nama Jimly dan DKPP disebut bersambut sorakan panjang.

Sorakan itu akhirnya mendapat respon dari Husni. "Tolong jangan merusak konsentrasi Prof Jimly," kata Husni yang sekali lagi disambut tawa semua hadirin yang hadir.

Sejak dibentuk pada 2012 lalu, DKPP telah memecat puluhan anggota KPU dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) di seluruh Indonesia. DKPP bahkan beberapa kali menganulir keputusan KPU dan Bawaslu melalui putusannya.

KPU menggelar rapat Konsolidasi Nasional Menyongaong Pemilu 2014 dengan tema "Integritas dan Soliditas KPU Mewujudkan Pemilu Berkualitas" selama dua hari, Rabu dan Kamis (5-6/2/2014) di Jakarta.

Dalam pembukaan rapat, selain anggota KPU, hadir juga Ketua Bawaslu Muhammad, Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsudin, Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan dan pengurus partai politik (parpol) peserta pemilu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com