Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komisi I DPR: Pecat Dulu Dewan Pengawas, Baru Anggaran TVRI Cair

Kompas.com - 09/01/2014, 05:11 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggaran 2014 untuk Televisi Republik Indonesia (TVRI) masih diblokir. Pemblokiran anggaran dinyatakan baru akan dicabut hanya bila dewan pengawas televisi negara tersebut dipecat terlebih dulu.

"Bintang akan dicabut dengan satu syarat, yakni semua anggota Dewan Pengawas (TVRI) dipecat semuanya," kata Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Mahfudz Siddiq, Rabu (8/1/2014). Menurut dia, langkah pemecatan itu pantas dilakukan lantaran dewan tersebut dinilai sudah melanggar kesepakatan dengan Komisi I DPR.

Kesepakatan yang dilanggar, sebut Mahfudz, adalah dewan tersebut tak akan memecat jajaran direksi TVRI. Pada 20 Desember 2013, kata dia, Komisi I DPR sudah mengirimkan surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono perihal pemberhentian semua anggota Dewan Pengawas TVRI.

Terhitung sejak tanggal pengiriman surat itu, kata Mahfudz, para anggota Dewan Pengawas TVRI punya waktu dua bulan untuk membela diri. Batas waktunya adalah 20 Februari 2014. "(Namun) kalau pembelaan diri itu ditolak DPR, maka resmilah Dewan Pengawas (TVRI) diberhentikan," ujar dia.

Bila dewan tersebut telah diberhentikan, papar Mahfudz, Komisi I DPR akan melakukan pemilihan anggota baru untuk lembaga pengawas tersebut. Sesudah anggota baru Dewan Pengawas TVRI (Dewas TVRI) terpilih, rekrutmen direksi baru bagi lembaga penyiaran itu akan menyusul.

"Maka, pada akhir Februari, kami akan cabut pemblokiran anggaran ini, setelah persoalan dengan Dewas TVRI selesai," kata Mahfudz. Dia mengatakan, langkah ini merupakan satu-satunya solusi untuk menyikapi ketegangan antara Dewan Pengawas TVRI dan Komisi I DPR.

Mahfudz menyatakan, Komisi I DPR tidak bermain-main dengan persoalan internal TVRI. Sebelumnya, Dewan Pengawas TVRI dan Komisi I DPR bersepakat untuk menunda pemecatan jajaran direksi TVRI sampai Panitia Kerja (Panja) TVRI yang dibentuk DPR selesai melakukan penyelidikan.

"Kami tak akan terpengaruh dengan ancaman yang mereka lontarkan," imbuh Mahfudz. Konsolidasi yang digelar Dewan Pengawas dan Kepala Stasiun TVRI, ujar dia, tidak bakal mengubah keputusan yang dibuat komisi di DPR yang membidangi pertahanan, intelijen, luar negeri, serta komunikasi dan informatika ini.

"Dewan Pengawas (TVRI) selama ini tak pernah berpikir apa dampaknya bila tidak mengindahkan hasil rapat DPR," kata Mahfudz. Lagi pula, ujar dia, pencabutan tanda bintang untuk anggaran TVRI senilai Rp 1,3 triliun untuk 2014 juga baru bisa dilakukan bila lembaga penyiaran itu sudah kembali memiliki direktur utama.

Menurut Mahfudz, pelaksana tugas direktur utama yang ditunjuk Dewan Pengawas TVRI tak memiliki kewenangan mengurusi anggaran. "Harus direksi definitif. Tidak bisa plt," kata dia.

Kas TVRI tinggal Rp 35 miliar

Sebelumnya, Selasa (7/1/2014), Dewan Pengawas dan para kepala stasiun TVRI di daerah menggelar jumpa pers soal mampatnya pencairan anggaran ini. Mereka menuntut Komisi I DPR mencabut tanda bintang itu.

Ketua Dewan Pengawas TVRI Elprisdat mengatakan, pemblokiran anggaran hanya menyisakan dana senilai Rp 35 miliar di kas TVRI. Jumlah tersebut, kata dia, hanya akan mencukupi operasional TVRI selama satu bulan.

"Kisaran kalau di pusat (anggaran yang ada) hanya Rp 35 miliar. Mudah-mudahan bisa bertahan untuk satu bulan," ujar Elprisdat di Gedung TVRI, Senayan, Jakarta Selatan. Dia mengatakan, persoalan anggaran tersebut mengganggu pula peran TVRI sebagai televisi publik untuk menyukseskan Pemilu 2014.

Pengadaan pemancar baru, menurut Elprisdat, juga dipastikan tak bisa dilaksanakan dengan kondisi sekarang. Bahkan, waktu siaran TVRI direncanakan bakal dipersingkat pula.

Mahfudz tak menampik TVRI tak akan bertahan bila pemblokiran anggaran tersebut berlanjut. Namun, ujar dia, TVRI masih bisa mengandalkan pendapatan non-APBN untuk operasional sampai akhir Februari 2014. "Selama ini, pelaporan pendapatan non-APBN TVRI nggak beres juga. Padahal, itu jumlahnya besar sekali," katanya tanpa menyebut nominal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com