Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/11/2013, 18:21 WIB
Christoporus Wahyu Haryo P

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Boediono menyatakan akan dengan senang hati memberikan penjelasan mengenai pemberian fasilitas pendanaan jangka pendek dan penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik. Boediono yang saat keputusan itu diambil menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia akan memberikan penjelasan jika memang diperlukan Komisi Pemberantasan Korupsi.

”BI dan KSSK (Komite Stabilitas Sektor Keuangan) yang bertanggung jawab (dalam FPJP—fasilitas pendanaan jangka pendek) itu betul sekali karena itu memang tugas dan wewenang BI dan KSSK. Wapres sangat bersedia dan senang hati menjelaskan hal ini,” kata Yopie Hidayat, juru bicara Wapres, Jumat (22/11).

Selama ini, kata Yopie, Wapres juga sudah memberikan penjelasan kepada banyak pihak, termasuk kepada KPK dan DPR.

Kebijakan penyelamatan Bank Century, menurut Yopie, merupakan keputusan yang diambil dalam situasi ekonomi saat itu cukup gawat. Kondisi saat itu, perbankan mengalami krisis likuiditas dan ada segmentasi di pasar uang. Segmentasi yang dimaksud adalah kecenderungan bank yang hanya bersedia memberikan pinjaman kepada bank yang sehat dan baik. Sementara bank yang kondisinya buruk sulit mendapatkan pinjaman dan hampir dipastikan bakal gelagapan menghadapi situasi ekonomi saat itu.

Kondisi perekonomian yang krisis waktu itu dilaporkan oleh Menteri Keuangan yang juga Ketua KSSK (saat itu dijabat Sri Mulyani Indrawati) serta Gubernur BI pada rapat di Kantor Wapres pada 20 November 2008. Rapat dipimpin Wakil Presiden yang saat itu dijabat Jusuf Kalla.

Menurut Yopie, Boediono selaku Gubernur BI waktu itu tidak melaporkan persoalan Bank Century dalam rapat tersebut karena memang mekanisme pelaporan BI hanya kepada Menkeu selaku Ketua KSSK. Kalaupun keputusan itu harus dilaporkan kepada Presiden atau Wapres, Menkeu yang seharusnya melaporkan.

”Keputusan mengenai Bank Century ini harus keputusan yang independen dan BI tidak boleh melapor kepada pihak lain selain ke Menkeu selaku Ketua KSSK. Protokolnya seperti itu,” kata Yopie.

Boediono saat berada di London, Selasa (29/10) malam, menjelaskan cukup panjang terkait dengan keputusan penyelamatan Bank Century. Penjelasan itu disampaikan saat seorang warga Indonesia menanyakan hal itu dalam dialog yang dipandu Duta Besar Indonesia untuk Inggris Hamzah Thayeb.

Wapres juga menegaskan tidak ada yang dia korupsi dari kebijakan penyelamatan Bank Century.

”Ini masalah keyakinan, bukan masalah mengambil uang. Tidak ada satu rupiah atau satu sen pun yang diambil Boediono atau Sri Mulyani. Ini masalah keyakinan, di mana kebijakan waktu itu adalah yang paling tepat,” katanya.

Wapres mengisahkan bagaimana Bank Century yang saat itu bermasalah dan mengalami kesulitan likuiditas. Negara mengambil kebijakan untuk tidak menutup Bank Century, tetapi menyelamatkan dan mengambil alih. Kebijakan tersebut diputuskan pemerintah, yang dalam hal ini Menkeu bersama Gubernur BI.

Pemerintah tidak menutup bank pada situasi itu, di mana terjadi krisis besar bulan Oktober-Desember 2008, yang dikenal dengan krisis finansial global. Situasi saat itu, uang dan modal banyak yang kembali ke Amerika Serikat dan negara-negara asalnya. Krisis skala besar ini dipicu oleh penutupan Bank Lehman Brothers, sebuah bank dengan jaringan dunia.

Situasi seperti itu, menurut Boediono, seperti disampaikan Yopie, sangat berat dihadapi bank di Tanah Air yang sehat sekalipun. Apalagi bagi bank yang tidak sehat.

Saat itu negara di sekitar Indonesia, seperti Singapura, Malaysia, dan Australia, menerapkan blanket garanty, kebijakan menggaransi deposito yang ada di bank. Semuanya digaransi sehingga jika ada bank yang jatuh, dana nasabah itu akan dibayar negara. Indonesia saat itu juga membahas blanket garanty, tetapi tidak disetujui sehingga kebijakan itu tidak diterapkan.

Gubernur BI dan Menkeu saat itu memilih mengambil alih Bank Century agar persoalan tidak merembet kepada bank-bank lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

Nasional
Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Nasional
Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Nasional
Soal 'Presidential Club', Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Soal "Presidential Club", Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com