Firman menuduh KPK tebang pilih karena menyita buku tahlil bergambar Anas, tetapi tidak mengambil buku bergambar Ibas. “Buat kita satu hal, ada jejak Ibas di rumah Anas. Ada kesan diskriminatif KPK. Kalau penggeledahan, kita serahkan selama relevan. Selama ini kami juga kooperatif, tidak ke mana-mana. Tapi yang kami pertanyakan kenapa ada perlakuan spesial terhadap orang-orang tertentu? Ini yang kami sayangkan,” kata Firman di Gedung KPK, Jakarta.
Atas dasar itulah, Firman mendatangi Gedung KPK untuk menanyakan ihwal penggeledahan tersebut kepada penyidik KPK. Dia melanjutkan, buku tahlil bergambar Ibas tersebut sedianya dipandang KPK sebagai bagian dari kegiatan politik Partai Demokrat. Kegiatan politik terkait Ibas, menurut Firman, tidak bisa dilepaskan dengan kegiatan politik Anas karena keduanya saat itu memimpin partai yang sama.
“Ini kan prosesi kegiatan yang semuanya bagian dari kegiatan yang ada urusannya dengan kepartaian Partai Demokrat, semuanya kan tentu penyelenggaraannya ada kaitannya dengan Partai Demokrat,” ujarnya.
Firman mengatakan, aktivitas politik semacam pengajian ini tentunya menggunakan dana yang patut ditelusuri sumbernya. Firman pun menilai KPK perlu memeriksa Ibas yang ketika kongres Partai Demokrat 2010 berlangsung menjabat sebagai steering committee.
“Itu semua diproduksi bukan tidak ada biaya kan? Sekarang saya tanya, apa iklan politik tidak pakai biaya? Siapa yang dulu menggunakan iklan pada proses itu? Itu kan kita minta juga diaudit supaya jelas. Kalau menyangkut pendanaan Partai Demokrat seperti apa, dana Hambalang seperti apa di dalam ini?” tuturnya.
Pada Selasa (12/11/2013), KPK menggeledah empat rumah atas nama Athiyyah di Duren Sawit. Penggeledahan dilakukan terkait dengan penyidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana dan prasarana olahraga Hambalang dengan tersangka Machfud Suroso.
Juru Bicara KPK Johan Budi membenarkan kalau buku tahlil bergambar Anas dan itu disita penyidik KPK. Menurut Johan, buku itu dibuat sekitar 2009 atau setahun sebelum pelaksanaan Kongres Partai Demokrat di Bandung.
Selain menyita buku tahlil, penyidik mengamankan sejumlah barang lain, di antaranya, paspor atas nama Athiyyah, dan kartu nama atas nama Wasid Suhadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.