Bambang menuturkan, Briptu W, oknum anggota Brimob yang melakukan penembakan itu, diyakini ingin menunjukkan kekuasaannya, ingin dihormati seperti saat ia bersama kesatuannya. Rasa gila hormat seperti ini, kata Bambang, sangat salah kaprah jika dipaksakan diimplementasikan di tengah masyarakat.
"Ini arogansi kekuasaan, meski dia (pelaku) seorang bawahan, tapi seharusnya oknum itu enggak perlu menunjukkan kekuasaan yang berlebihan. Dia ingin nunjukkin 'dialah seorang jagoan', ingin dihormati, ini aturan internal yang enggak bisa dilakukan di luar," kata Bambang saat dihubungi, Rabu (6/11/2013).
Ia mengimbau, seluruh anggota kepolisian menyesuaikan diri dengan aturan masyarakat secara umum. Pasalnya, sering kali ada saja oknum anggota Polri yang bertindak arogan atau mengintimidasi masyarakat hanya karena alasan-alasan sepele.
Menurut Bambang, arogansi yang kerap dilakukan oknum anggota Polri dapat disebabkan oleh sejumlah hal. Di antaranya adalah tekanan psikologis yang diterima anggota Polri dari beban kerja, penghasilan kecil, atau faktor kecemburuan sosial saat membandingkan atasannya dapat hidup jauh lebih layak, bahkan mewah. Di saat seperti ini, petinggi-petinggi di institusi tersebut harus cepat bereaksi, memberikan bimbingan agar arogansi tak kembali terjadi.
Selain itu, ia juga memandang perlu dilakukannya tes kejiwaan secara berkala terhadap anggota Polri yang memegang senjata api. Hal ini penting dilakukan agar kondisi kejiwaan anggota Polri yang memegang senjata api dapat terpantau.
"Di negara lain itu ada badan konseling, ada psikolog yang memantau individu polisi dalam bertugas. Nah ini yang kurang di negeri kita, polisi seperti diberi senjata, dan dilepas sendiri," tandasnya.
Seperti diberitakan, Briptu W, oknum Brimob Polri menembak seorang anggota satpam di Ruko Seribu Blok L Galaxy, Taman Palem Lestari, Cengkareng, Jakarta Barat, Selasa (5/11/2013) malam. Pelaku disebut-sebut sering mendatangi kompleks ruko tersebut dan kerap datang dalam kondisi mabuk untuk meminta jatah.
Selain itu, pelaku juga dikenal menguasai kawasan tersebut. Ia meminta satpam di sekitar kompleks ruko untuk patuh kepadanya. Sebelum menembak seorang anggota satpam, Bachrudin (30), pelaku menegur korban karena tidak memberi hormat kepadanya. Pelaku kemudian menyuruh korban yang baru tiga bulan bekerja di sana untuk melakukan push-up sebagai hukuman. Korban merasa tidak bersalah dan menolak perintah pelaku.
Melihat hal itu, pelaku marah dan menembak korban dari jarak sekitar setengah meter. Korban langsung terjatuh dan tewas di tempat setelah peluru menembus dada kirinya. Korban ditembak di depan ruko kantor Panin Bank berjarak sekitar 100 meter dari Pintu III Seribu Ruko. Sekitar pukul 21.30 WIB, korban dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk diotopsi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.