"Kita sudah memiliki pengalaman bahwa memilih pemimpin berdasarkan popularitas emosional sering menimbulkan penyesalan bagi pemilihnya," kata Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional Dradjad Wibowo, soal pernyataan Amien Rais itu, Kamis (26/9/2013).
Contohnya, sebut Dradjad, dua kali pemilu presiden yang memenangkan Susilo Bambang Yudhoyono. "Berdasarkan hasil survei, kita lihat besar sekali proporsi pemilih yang kecewa terhadap kepemimpinan SBY. Mereka (pemilih) merasa salah pilih," kata dia.
Pemilu kepala daerah dan pemilu legislatif, lanjut Dradjad, adalah contoh lain dari pemilihan yang hanya berlandaskan popularitas. "Berapa banyak ungkapan kekecewaan terhadap anggota DPR yang dipilih karena popularitas emosional? (Anggota DPR) dari kalangan selebritas, misalnya," ujar dia.
Dradjad berpendapat, inilah sebenarnya inti pesan yang ingin disampaikan Amien. "Bukan tentang Jokowi perseorangan, tapi tentang pentingnya gagasan, visi, kepemimpinan, dan integritas dalam memilih seorang pemimpin," papar Dradjad.
Edukasi politik
Sebelumnya Dradjad juga mengatakan pernyataan Amien Rais yang menyamakan Jokowi dengan Estrada itu adalah edukasi politik. Menurut dia, maksud Amien membuat pernyataan itu adalah mengingatkan agar rakyat memilih pemimpin bukan berdasarkan popularitas yang emosional saja.
"(Memilih pemimpin) juga harus mempertimbangkan gagasan, visi, kepemimpinan, dan integritas dari calon pemimpin," lanjut Dradjad. Tentu, ujar dia, untuk bisa dipilih, seseorang harus populer dulu. Namun, popularitas ini jangan sampai sekadar emosional.
"(Harus popularitas) yang lebih substantif setelah melihat gagasan, visi, kepemimpinan, dan integritas calon pemimpin tersebut," papar Dradjad. Dia pun mengatakan, kapasitas Amien saat membuat pernyataan itu adalah sebagai profesor ilmu politik.
"Beliau terpanggil untuk memberikan edukasi politik agar demokrasi kita lebih mengedepankan gagasan dan hal-hal substantif ketimbang popularitas emosional," tutur Dradjad. Di sisi lain, lanjut dia, kritik Amien dapat dilihat pula sebagai cambuk bagi Jokowi untuk menunjukkan gagasan, visi, kepemimpinan, dan integritas.
Dalam kuliah umum di Universitas Diponegoro, Amien mengatakan, Estrada yang terpilih karena populer berdasarkan latar belakangnya sebagai bintang film akhirnya hanya dapat memimpin negeri itu selama beberapa bulan. Kepemimpinan Estrada berakhir dengan kudeta yang menggulingkannya, dan digantikan oleh Gloria Macapagal Arroyo.
Amien pun mengatakan, dia berharap Indonesia tidak memilih Jokowi sebagai presiden hanya karena popularitasnya. "Jokowi memang tak separah Joseph Estrada, tapi jangan memilih dia karena popularitasnya saja," tegas Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.