Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benar-benar Relakah Jokowi "Tinggalkan" Jakarta pada 2014?

Kompas.com - 10/09/2013, 09:32 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Joko Widodo boleh saja menjadi pemuncak di beragam survei untuk menjadi kandidat Presiden pada 2014. Namun, terselip di antara rakyat, yang mungkin tak pernah terpilih menjadi responden survei, harapan lain untuk Gubernur DKI Jakarta itu.

"(Nyapres-nya) nanti saja, setelah dia menepati janji-janjinya di Jakarta," harap Agnes Komala Dewi (59), ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sebagai orang yang lahir dan besar di Jakarta, dia melihat banyak persoalan yang masih butuh penanganan Jokowi.

Menurut Dewi, selama ini beragam persoalan tak teratasi dari waktu ke waktu, dari satu gubernur ke gubernur berikutnya. Mulai dari masalah macet, banjir, sampah, pedagang kaki lima, dan amburadulnya birokrasi.

Dewi melihat sosok Jokowi mampu mengurai satu persoalan itu. Menurut dia, dalam bahasa analogi, Jokowi punya kemampuan untuk mengurai satu per satu benang kusut itu, bahkan mungkin "mengguntingnya" hingga masalah itu tuntas.

"Yang saya nggak habis pikir itu Tanah Abang bisa diapain itu sampai bersih dari PKL dan lancar. Benar-benar sulit dipercaya rasanya ngatur orang di sana pasti buanyak begitu," ungkap Dewi kagum.

Jangan jadi "pernikahan dini"...

Pendapat serupa juga datang dari Agung Basuki (43), salah satu karyawan swasta di Jakarta. Bila Jokowi "dipaksakan" menjadi calon presiden pada 2014, dia menganalogikannya dengan cerita sinetron yang booming pada era 2000-an, Pernikahan Dini.

Tanpa mengurangi pengakuan atas kinerja Jokowi, Agung berpendapat bahwa belum saatnya bagi Jokowi untuk naik ke tampuk pimpinan nasional. "Scoop (kinerja Jokowi) masih kecil, belum luas untuk jadi pemimpin nasional. Seperti perkawinan (bila dipaksakan mencalonkan Jakarta) akan menjadi pernikahan dini," kata dia.

Menurut Agung, menyelesaikan masalah Jakarta adalah ujian kepemimpinan bagi Jokowi sebelum naik level nasional. Namun, dia pun tak memungkiri bahwa dari hampir semua pemimpin Indonesia sampai saat ini, baru Soekarno yang benar-benar menjalani ujian sebelum menjadi pemimpin nasional.

"Ini justru momentum untuk menguji secara langsung calon pemimpin. Jika Jokowi berhasil menata Jakarta, saya yakin masyarakat Indonesia tak akan mengalihkan pilihannya ke calon lain dalam pemilu presiden," papar Agung dengan berapi-api.

Dari kalangan mahasiswa, Ryan Wicaksana (22) berharap Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri tak buru-buru mendapuk Jokowi maju menjadi calon presiden. "Bu Mega enggak usah buru-buru sebenarnya. Ia harus yakin Jokowi pasti menang (dan) jadi. Mendingan tunggu di periode yang selanjutnya saja," ujar dia.

Masih terlalu emosional

Entah beberapa warga yang secara acak ditanya Kompas.com, mereka adalah "anomali" atau justru gambaran sesungguhnya dari rakyat yang tak cuma sejumlah responden survei. Dukungan untuk Jokowi seolah membanjir dari segala penjuru. Tak terkecuali ketika PDI Perjuangan menggelar rapat kerja nasional di Ancol, Jakarta, 6-8 September 2013.

Bila pada momentum serupa sebelumnya dukungan hampir pasti mengarah kepada Megawati untuk dicalonkan kembali menjadi RI-1, rakernas kali ini memunculkan aura seolah-olah Jokowi adalah kandidat tunggal yang dimiliki partai ini.

Hanya, partai tersebut masih harus cukup bersabar, untuk tak begitu saja mendeklarasikan Jokowi atau siapa pun kandidat yang akan diusungnya dalam Pemilu Presiden 2014. Siapa pun yang akan dicalonkan, mereka berkilah butuh momentum yang benar-benar tepat untuk pendeklarasian. Megawati dalam pernyataannya pun mengatakan, PDI Perjuangan baru akan memutuskan calon presiden yang akan diusung setelah ada hasil Pemilu Legislatif 2014.

"Masih terlalu emosional untuk mendukung Jokowi sekarang. Publik perlu diajak rasional karena masyarakat kita berubah-ubah juga," ujar Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira di sela-sela Rakernas PDI Perjuangan. Tersirat, partai ini tak mau terantuk tiga kali gagal memenangi pemilu, meski seolah-olah kemenangan sudah di depan mata seperti pada Pemilu 2004 dan Pemilu 2009.

Maka dari itu, ibarat sinetron pula, akhir kata dari apakah Jokowi akan tetap menjadi Gubernur DKI sampai 2017 atau "naik kelas" berlaga ke kursi kepemimpinan nasional, hal itu benar-benar menanti momentum tepat untuk mencapai klimaks.

Setidaknya, pertanyaan hari ini adalah, benar-benar relakah semua warga Jakarta "ditinggalkan" gubernurnya ketika mereka ada di tengah harapan bahwa akhirnya ada juga yang bisa menata Jakarta. Sepertinya memang harus menunggu waktu dan momentum untuk mendapatkan jawabannya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com