Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cek Kadar Nasionalisme Capres dan Cawapres

Kompas.com - 19/08/2013, 09:47 WIB
Ariane Meida

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Masyarakat diminta mengecek dengan sungguh-sungguh kadar nasionalisme nama-nama tokoh yang menunjukkan minatnya untuk bertarung dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014. Wakil Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), Karyono Wibowo, menilai, saat ini tokoh-tokoh yang ada, terutama yang berasal dari pemerintahan, memiliki kadar nasionalime yang masih dipertanyakan.

Menurutnya, banyak kebijakan pemerintah saat ini telah mengikis cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia justru keluar dari tangan-tangan pemimpin yang kadar nasionalismenya masih dipertanyakan. Nasionalisme, lanjutnya, tidak dapat dipraktikkan hanya dengan mengusung simbol-simbol kebangsaan, tetapi dengan keberpihakan nyata terhadap bangsa dan negara.

"Hendaknya, nasionalisme diwujudkan sesuai dengan cita-cita kemerdekaan yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945," ujar Karyono seusai diskusi bertajuk "Nasionalisme di Tengah Krisis Kepemimpinan", Minggu (18/8/2013), di Cikini, Jakarta Pusat.

Menurut Karyono, jika melihat program dan rekam jejak para pemimpin negeri ini, bangsa Indonesia justru mundur 100 tahun dari cita-cita kemerdekaan dan tiga prinsip kemerdekaan yang pernah dirumuskan oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, yaitu berdaulat di bidang politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.

"Tiga prinsip ini dilanggar oleh para pemimpin di negeri ini," ujar Karyono.

Karyono mencontohkan, sumber daya alam yang seharusnya dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat seluas-luasnya justru dikuasai asing dan dinikmati oleh segelintir orang yang memiliki kapital. Contohnya, sektor migas banyak dikuasai oleh perusahaan asing, dan terjadi liberalisasi di banyak sektor ekonomi, terutama bidang pertanian.

"Di mana-mana terjadi impor besar-besaran. Bawang impor, beras impor, bahkan garam saja impor, di mana kemandirian kita sebagai bangsa? Bahkan, ada calon presiden kita yang diduga terlibat dalam kartel bawang," ujar Karyono.

Kedua, lanjutnya, Indonesia tidak memiliki kedaulatan di bidang politik sebagai bangsa yang merdeka karena masih didikte oleh kedaulatan asing dan para pemilik modal.

Ketiga, kebudayaan bangsa Indonesia telah banyak tergerus arus globalisasi. Bahkan, ada sejumlah tokoh yang menyebutkan bahwa nasionalisme itu sudah kuno karena sudah selayaknya kita berwawasan global di era saat negara-negara tak lagi berpagar seperti saat ini.

"Ini ironis jika calon-calon presiden kita itu kadar nasionalismenya dipertanyakan. Jangan sampai rakyat salah memilih lagi," kata Karyono.

Nasionalisme para pemimpin menjadi penting, lanjut Karyono, karena di tahun-tahun mendatang Indonesia akan menghadapi permasalahan yang lebih rumit dari saat ini. Salah satunya adalah membangun daya saing sumber daya manusia dan produk Indonesia di era ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 nanti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com